Mohon tunggu...
Nur Rotan
Nur Rotan Mohon Tunggu... -

Pengamat perilaku manusia dan monyet. @NurRotan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebab Ahok Ditolak Begitu Keras

17 Oktober 2016   10:27 Diperbarui: 17 Oktober 2016   10:41 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebutan tukang gusur dan mulut sampah terlalu ringan, seperti mecubit saja. Memanfaatkan kecerobohan lawan, sekarang amunisi dilepaskan dengan sekala besar bersandi penistaan agama. 

Saling serang sudah lama terjadi, berlangsung kecil-kecilan dan kadang dingin. Anehnya kali ini, jutaan orang dari berbagai pelosok nusantara sepakat begabung hanya untuk melawan satu orang. Kelihatan timpang dan jauh dari seimbang, namun dibutuhkan ahli tafsir untuk memahami ini, tentu saja bukan Nusron Wahid.

Apa yang terlihat diluar hanyalah cipratan semu dari masalah mahaberat untuk dicerna anak sekolahan. Segala macam teori menjadi latarbelakang, mulai dari penguasaan kapital etnis tertentu hingga konspirasi global antar agama. 

Adalah ambisi seorang bernama Ahok yang memantik gejolak. Bukan hanya membangkitkan semangat ke-Indonesia-an bagi sekelompok orang yang mengindentifikasikan dirinya sebagai pribumi, lebih dari itu turut pula memicu keresahan sebagian umat Islam akan akhidahnya. Ahok yang ber-etnis dan ber-agama minoritas mendeklarasikan diri untuk menjadi pemimpin, tidak hanya untuk Jakarta bahkan dia seperti bernafsu ingin mengatur 34 provinsi di Indonesia. Dibalik tameng UUD 45 dan Pancasila, entah mengapa Ahok mengutarakan niatnya menjadi Presiden. 

Dibalik aturan tertulis, terdapat aturan lebih penting yang disebut: moral dan etika. Ini soal rasa, tidak enak untuk ditulis namun diterima sebagai kearifan yang disepakati bersama bagi makluk sosial. Disinilah masalahnya Ahok ini. Dia ingin melawan hukum sosial, minoritas yang ingin memimpin mayoritas. Dia tak menjalankan nasihat super Maryono Teguh: Lihatlah ke cermin, ukur kepantasan dan pandailah mematut diri.

Bukan karena soal kompetensi, bukan karena mulut kasar, bukan juga karena rakyat kecil tergusur yang membuat Ahok ditolak bergitu dahsyat. Semua karena curiga terhadap ambisi berlebihan dari seorang warga yang dianggap tidak tahu diri. 

@NurRotan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun