Mohon tunggu...
NurRohmatus
NurRohmatus Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Bismillah (:

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Waspada Kesalahan dalam Pengasuhan

2 November 2019   09:34 Diperbarui: 2 November 2019   09:43 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : biz.kompas.com


Ini adalah sebuah fenomena yang mana orangtua belumbisa menerapkan pola asuh yang terbaik untuk buah hati mereka. Memang benar,setiap orangtua selalu ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka. Akan tetapi,ada kalanya orangtua menggunakan pola asuh yang kurang tepat. Akibatnya,anak-anak malah tumbuh menjadi pribadi yang kurang disukai oleh masyarakat.Untuk mencegah hal tersebut, coba cek apakah kalian sebagai orangtua pernah melakukan kesalahan dalam mengasuh dan mendidik si kecil.

      Dilayani Terus Menerus                  

"Kan usianya masih 3 tahun, kasihan kalo harus beres-beres semuamainannya. Gak tega aja rasanya." Dampaknya, anak tidak mampu mengembangkandirinya. Dia juga tidak pernah bagaimana susahnya mendapatkan sesuatu karenaapa-apa yang diinginkan selalu dilayani. Kelak, ketika anak sudah mulai dewasa,ia akan tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak bisa mandiri. 

Idealnya, berikan kesempatan pada si kecil untuk melakukan sesuatuyang sudah bisa ia lakukan, misalnya membereskan mainan, merapikan tempattidur, atau membantu pekerjaan rumah. Bila perlu, mudahkan segala sesuatunyasupaya ia merasa bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Hal ini justru bisameningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak.

      Selalu Berkata"Ya"

Ketika kata-kata "ya" selalu muncul untuk semua permintaan sikecil, sebenarnya orangtua tidak perlurepot-repot berdebat dengan anak. Orangtua pun tidak mauberpikir mengapa harus mengatakan "tidak" pada permintaan anak.

Dampaknya, anak akan menjadi tipe anak penuntut. Ia akan tumbuhmenjadi seseorang yang tidak peduli apa pun. Misalnya, ia memaksakan sesuatudan tidak peduli dengan kondisi ekonomi keluarga.

Idealnya, pikirkan terlebih dahulu sebelum mengucapkan "ya" atau"tidak". Anak harus tahu alasan mengapa ia harus mendapatkan jawaban tersebut.Dua kata tersebut juga sangat penting untuk menstimulasi anak agar maubereksplorasi.

      Bicara Dengan Bahasa Alay

Orangtua tidak mencontohkan standar bahasa yang jelas. Misalnya, maacihuntuk terima kasih, inces untuk princess, utu untuk lucu, dan lain sebagainya.Bukannya lucu atau imut, kata-kata ini justru membingungkan si kecil.

Dampaknya, anak-anak tidak bisa belajar dengan benar mengenaikata-kata tersebut. Bisa jadi, si kecil malah akan terus-terusan memakaikata-kata kacau tersebut karena menganggap bahwa seperti itulah pelafalan yangbenar.

Idealnya, orangtua harus mengajarkan cara melafalkan kata-kata yangbenar. Tak perlu seolah-olah menjadi anak dengan melafalkan kata-kata yangkacau. Si kecil tetap butuh role model untuk dikenal dan ditiru.

      Tidak MengajarkanDisiplin

Meletakkan topi di meja, dasi di lantai,sepatu di kursi tamu, dan lain sebagainya adalah bentuk perilaku anak yangtidak disiplin. Kondisi rumah jadi berantakan dan tanpa aturan. Meski begitu,orangtua dengan sabar membereskan semua kekacauan anak tanpa memberi tahu bahwaperilakunya salah.

Dampaknya, anak-anak tidak pernah belajar bagaimana tanggung jawab.Ia akan menjadi anak yang ceroboh dan masa bodoh dengan lingkungannya. Ketikaberada di lingkungan sosial, orang-orang mungkin akan memilih menghindardaripada harus bertemu dengan anak kalian.

Idealnya, ajarkanlah tanggung jawab dan disiplin sedini mungkin. Buatlahdaftar apa saja yang mesti dipatuhi oleh penghuni rumah. Khusus untuk si kecil,ingatkan jika ia meletakkan barang tidak pada tempatnya. Ajarkan ia menatakembali mainan yang sudah selesai dimainkan, dan hal-hal kecil lainnya.

      Tidak Menuntut UntukMenghormati Orangtua

Demi menjaga hubungan orangtua dan anak, orangtua biasanya lebihmemilih menjadi teman yang menyenangkan. Orangtua selaluberperilaku sebagai teman sebayanya dengan membiarkananak memanggil dengan nama saja atau membiarkan si kecil mengucapkan "ah". Orangtuatidak memberi batasan yang jelas antara hubungan orangtua dengan anak.

Dampaknya, si kecil tidak punya kesempatan untuk belajarmenghormati orangtuanya. Ia tetap memperlakukan orangtuanya sepertiteman main. Ketika berada di masyarakat, anak seperti ini cenderung tidakmenghormati orang yang lebih tua. Label "anak tak sopan" bisa saja melekat padadiri anak kalian.

Idealnya, meski tujuannya menjaga kedekatan dengan si kecil, sebagai orangtua tetap harus memberlakukan konsep menghormati orang tua. Misalnya,mengucapkan salam ketika bertemu orang lain, membungkuk ketika berjalan didepan orang tua, dan mengajarkan tata krama pada si kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun