Kenakalan remaja adalah masalah sosial yang berdampak jangka panjang pad amasa depan remaja. Beberapa contoh kenakalan remaja, diantaranya : bohong, kabur dari rumah tanpa izin,  bolos sekolah, keluyuran tanpa tujuan, bergaul dengan  teman yang membawa pengaruh buruk.
Beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja, diantaranya:
- Lingkungan kriminal, seperti pengerdar narkoba, prostitusi atau penuh kekerasan
- Pergaulan yang salah
- Pendidikan yang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memeberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak
- Kebudayaan luar yang tidak sesuai dengan adat dan norma yang berlaku di indonesia
- Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, diantaranya pembekalan agama yang cukup, adanya figur orang dewasa yang dapat menuntun, memilih lingkungan pergaulan, orang tua berperan dalam memberikan arahan.
Kenakalan remaja dan pelajar semakin hari semakin mengkhawatirkan. Tak mengenal lagi waktu dan tempat dimanapun bisa terjadi.  Seperti halnya fenomena dua kelompok remaja dari sekolah yang berbeda terlibat tawuran di wilayah kecamatan cabangbungin, kabupaten bekasi. Salah  satu guru sekaligus wakil kepala sekolah dari SMP Negeri 1 Cabangbungin Tambrin mengatakan, mulanya Ia mendapat kabar bahwa salah satu anak didiknya itu tewas akibat tawuran dari pesan berantai yang menyebut korban tewas melalui grup aplikasi pesan WhatsApp. ( Dikutip dari media online SindoNews. Com ).
Dengan adanya kejadian miris seperti itu , layaknya kita memberikan penilaian bahwa kondisi pelajar  di indonesia sedang tidak baik-baik saja. Krisis identitas yang melanda pelajar indonesia ternyata menjadi salah satu pemicu kenapa kenalan remaja semakin hari semakin parah. Akibatnya para pelajar tidak tahu arah dan tujuan hidup dan sangat mudah untuk terbawa arus pergaulan yang tak karuan.
Mereka sangat mudah terjerumus ke dalam kehidupan yang kelam diantaranya: pergaulan bebas, narkoba, free sex, tawuran, bahkan bullying (perundungan) yang kini sedang trend merajalela. Pelajar menjadi bagian akibat dari krisis identitas yang melanda, padahal kualitas pelajar akan sangat menentukan kualitas perkembangan sebuah bangsa.
Krisis identitas menurut Shaffer (2007) adalah kegagalan serta kebingungan seseorang dalam membangun identitas. Krisis identitas ini sering terjadi di usia remaja karena pada masa ini seseorang tengah gencar-gencarnya menggali informasi dan mencari kejelasan tentang dirinya sendiri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan krisis identitas, beberapa diantaranya karena adanya pengalaman keraguan diri yang tidak mampu tersampaikan secara baik kepada orang- orang di sekitarnya seperti perasaan setuju atau tidak setuju, harga diri atau keraguan diri, menyukai atau membenci dan juga ketiadaan peran remaja tersebut di masyarakat.
Remaja yang mengalami krisis identitas akan berusaha menemukan identitasnya dan perannya dengan bergabung ke dalam kelompok pertemanan yang menurutnya bisa memberikan pengakuan peran kepadanya. Lika-liku pencarian identitas remaja sangat ditentukan dari bagaimana dan dengan siapa ia berinteraksi, terlebih lingkungan teman sebayanya. Apabila seseorang tersebut tidak mampu mengimbangi identitas kelompok teman sebayanya maka yang terjadi adalah kebingungan yang berlanjut. Hal ini lah yang membuat remaja terjerumus ke dalam kenakalan remaja dan kehidupan yang tidak teratur.
Lalu bagaimana solusi atas permasalahan ini? Â Berikut sejumlah tips untuk membantu remaja yang sedang mengalami krisis identitas.
- Berikan dukungan dan ciptakan lingkungan yang aman bagi remaja. Kolaborasi antara orang tua, institusi pendidikan, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat akan menjadi cara terbaik dalam membantu remaja menghadapi krisis identitas. Menurut Santrock (2018), orang tua menjadi figur penting dalam perkembangan identitas remaja. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat memberikan ruang yang aman untuk eksplorasi diri remaja. Selain itu, teman sebaya dapat menjadi lingkungan yang aman bagi proses pencarian identitas. Institusi pendidikan seperti sekolah juga menjadi lini yang tak kalah penting sebagai tempat paling banyak remaja menghabiskan waktunya.
- Dorong remaja untuk terus bereksplorasi.
- Selain dukungan eksternal, diperlukan juga kesadaran internal yang kuat pada diri remaja untuk terus mengeksplorasi diri.
- valuasi diri.
- Evaluasi diri diperlukan selama proses eksplorasi yang dilakukan remaja. Firhanida dan Hadiyati (2018) mendefinisikan evaluasi diri sebagai pandangan terhadap diri sendiri yang dibentuk melalui nilai, kesuksesan, dan kemampuan yang dimiliki individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H