Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. mengingat pentingnya hal tersebut pendidikan kehidupan manusia maka Islam adalah agama yaitu Rahmatan Lir Alamin, Sangat mementingkan pengembangan pendidikan keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan sebagai sebuah proses yang akan melahirkan  banyak manfaat dan hikmah penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Pendidikan mampu memberikan kemampuan terhadap suatu komunitas untuk melihat beberapa hal yang memungkinkan memiliki sifat terbuka di masa depan. Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang mahir dalam bidang ilmu pengetahuan. Artinya, apabila kekuatan ilmu pengetahuan tidak digunakan sebagaimana mestinya maka suatu komunitas akan terjepit di antara kekuatan-kekuatan yang ada sehingga mengakibatkan kehancuran komunikasi. Itu sebabnya mengapa pendidikan merupakan modal utama dalam menghadapi masa depan (Baharun, 2017).
Fenomena Yang Di Hadapi Oleh Pendidikan Islam
Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah terus berkembang. Namun, perkembangannya cukup eksklusif karena ilmu pengetahuan agama (Islam) lebih diutamakan. Hal ini menyebabkan madrasah hanya berkembang dalam masyarakat Islam. Ekspansi pun hanya berkisar di daerah pedesaan, sedangkan di perkotaan sangat jarang. Oleh karena itu, keberadaan madrasah lebih banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan sehingga memicu lambannya perkembangan madrasah yang jauh dari atmosfer pembaruan sistem pendidikan, baik kelembagaan maupun sistem dari proses pembelajaran. Madrasah pada awalnya diharapkan akan mampu mencetak ahli-ahli agama dan para pemimpin Islam mulai diragukan kemampuannya. Walaupun mempunyai kedudukan setaraf dengan sekolah umum, dalam perjalanannya madrasah tetap berbeda dengan sekolah-sekolah umum. Madrasah masih dianggap lembaga pendidikan "kelas dua" karena ada pandangan "daripada tidak sekolah lebih baik masuk madrasah"Â (Suyatno, 2015).
Pendidikan Islam diakui kehadirannya dalam sistem pendidikan yang terbagi Dibagi menjadi tiga hal. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga yang diakui keberadaannya Secara eksplisit, kedua Pendidikan Islam diakui sebagai mata pelajaran pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi Universitas. Ketiga, pendidikan Islam sebagai suatu nilai yaitu ketika ditemukan Nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan. Namun, pendidikan Islam tidak kebal. permasalahan yang timbul di era globalisasi ini. Masalahnya ada dua faktor Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun faktor internal ialah:
- Relasi kekuasaan dan orientasi pendidikan islam, orientasi pendidikan, sebagaimana yang telah di cita-citakan secara nasional, mungkin sekarang dalam konteks zaman sekarang menjadi tidak menentu atau kabur, dan mulai  kehilangan arah. Sehingga  menyebabkan pendidikan lebih berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga
ruh pendidikan Islam digunakan sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement
(gerakan sosial) menjadi hilang. - Kurikulum yang overloaded. Satu hal yang paling penting dalam masalah pendidikan formal adalah pengaturan kurikulum, sebab kurikulumlah sebagai pijakan  atau  bagi berjalannya proses pendidikan. Bahkan bisa jadi sebagai pijakan bahan evaluasi berhasil atau tidak prosesnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Oleh karena itu jika, pengaturan kurikulum yang sifatnya overloaded akan berdampak buruk bagi suatu negara yakni akan menghambat peningkatan mutu pendidikan. Materi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Islam pada masa sekarang nampaknya semakin luas. Hal ini karena dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, selain itu semakin beratnya beban yang ditanggung oleh pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Oleh karena tuntutan perkembangan yang demikian pesatnya, para perancang kurikulum pendidikan Islam juga dituntut untuk memperluas cakupan yang terkandung dalam kurikulum pendidikan Islam, antara lain berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan pendidikan, harapannya agar pendiidkan islam bisa mencapai standart tujuan yang ada dalam konsep pendidikan nasional.
- Rendahnya daya saing lulusan lembaga pendidikan. Islam dilihat dari aspek lulusan, lulusan madrasah sangat berbeda dengan lulusan dari sekolah-sekolah umum dimana lulusan sekolah umum memiliki aspek yang lebih terbuka untuk melanjutkan ke perguruan tinggi umum, sedangkan bagi lulusan madrasah memperoleh keterbukaan yang luas hanya pada perguruan tinggi Islam. Sebenarnya, madrasah memiliki keunggulan yang lebih dibanding dengan sekolah umum karena muatan pendidikan agama di madrasah lebih banyak daripada di sekolah umum. Ini berarti pendidikan moral yang dikandung dalam pendidikan agama lebih banyak diberikan pada madrasah. Namun pada kenyataannya, madrasah masih kurang mampu untuk bersaing dan bersaing dengan lulusan sekolah umum. Rendahnya investasi pendidikan telah memosisikan kegiatan pendidikan sebagai mesin penghasil manusia "berijazah", namun miskin kompetensi. Lulusan lembaga pendidikan menjadi produk massa, dan program pendidikan lebih diarahkan sebagai program populis ketimbang sebagai program sistematis untuk meningkatkan mutu SDM. Hal ini tidak terlepas dari tarik-menarik kepentingan pendekatan kualitas dan kuantitas dalam kebijakan pendidikan kita (Rembangy, 2010).
- Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan ketertinggalan teknologi. Hal yang menjadi problem dalam pendidikan Islam adalah keterbatasan sarana dan prasarana, baik dari segi bangunan, media pembelajaran, maupun teknologi. Berkenaan dengan tempat, sering dijumpai lembaga Pendidikan Islam (madrasah) yang berada di pedesaan mempunyai gedung yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengadakan proses pembelajaran.
- Profesionalitas dan Kualitas SDM. Merupakan salah satu masalah besar yang tengah dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih saja belum memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan. - Biaya Pendidikan. Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalo-kasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi (Damopolii, 2015).
Faktor eksternal :
- Dichotomic. Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan Islam adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Watak dari sebuah ilmu
pengetahuan Islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu. - To General Knowledge. Kelemahan dunia pendidikan Islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving).
- Lack spirit of inquiry. Persoalan besar lainnya yang tengah menjadi sebuah penghambat kemajuan dalam dunia pendidikan islam ialah rendahnya semnagat untuk melakukan penelitian/ penyelidikan.Â
Solusi Terhadap Fenomena Diatas, Yakni :
Untuk menanggulangi fenomena  tersebut berikut akan dikemukakan beberapa solusi yaitu :
- Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan parapeserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu cara yakni alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global (Zamroni, 2000).
- Merancang Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat Lembaga Pendidikan Islam seharusnya memiliki kurikulum yang didasarkan pada pandangan tentang tidak adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, dunia dan akhirat. Kurikulum ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu sejalan dengan tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan dunia kerja. Dengan demikian, terjadi hubungan yang sinergis antara lembaga Pendidikan Islam dengan masyarakat. Manajemen kurikulum yang baik akan berdampak pad output peserta didik yang baik pula. Lembaga pendidikan yang menghasilkan output yang baik akan menarik minat masyarakat terhadap lembaga tersebut sehingga mereka akan menyekolahkan anak-anaknya di sana karena mereka percaya bahwa lembaga pendidikan tersebut memiliki mutu yang bagus.
- Memiliki Sarana dan Prasarana yang Memadai serta Meningkatkan Daya Saing melalui IPTEK. Â Lembaga Pendidikan Islam harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai standar pendidikan nasional. Misalnya ruang belajar yang baik dan mencukupi, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, serta sumber belajar lainnya yang menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, untuk meningkatkan daya saing lembaga Pendidikan Islam dalam menghasilkan karya-karya bermutu sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus dimulai dari memperbaiki mutu lembaga Pendidikan Islam secara terus-menerus agar bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara luas dan sebagai upaya untuk merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nata, 2012).Â
- Memperbaiki dan Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tindakan untuk memajukan lembaga pendidikan membutuhkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional, yakni sumber daya manusia yang mempunyai keilmuan yang luas dan mendalam yang didukung oleh latar belakang pendidikan yang relevan serta mempunyai kemampuan untuk mendidik (education, tarbiyah atau ta'dib) atau mengamalkan ilmunya. Selain itu, tenaga pendidik dan kependidikan juga harus mempunyai kepribadian yang baik serta memiliki etos kerja tinggi sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Guru yang professional dapat menunjukkan kinerja yang produktif. Kinerja yang produktif sangat dibutuhkan karena produktivitas merupakan salah satu indikator yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Hasil kinerja guru tercermin pada hasil belajar atau prestasi yang diraih peserta didik. Oleh karena itu, Â perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja guru, misalnya dengan melakukan supervisi, kegiatan ilmiah, studi lanjut dan penilaian kinerja guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H