Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa. Pepatah itu bisa menggambarkan posisi Ganjar Pranowo. Banyak yang ingin menjegal Ganjar saat jalannya menuju kursi presiden terbuka lebar. Terakhir, ada pihak mengatasnamakan relawan Ganjar yang coba mengobok-obok internal PDIP dengan mewacanakan Jokowi menggantikan Megawati duduk di kursi ketua umum partai.
Yang jadi pertanyaan, kenapa dukungan Jokowi jadi ketum PDIP dihembuskan relawan yang katanya mendukung Ganjar. Padahal, isu ini bisa memperkeruh hubungan Megawati dengan Ganjar. Sementara hubungan Ganjar dan bu ketum harus digaja karena satu-satunya kesempatan Ganjar bisa maju di pilpres adalah dengan restu Megawati.
Nama Jokowi yang dicatut juga ikut tercoreng. Sebab, Jokowi seperti punya utang budi gara-gara diusung PDIP dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI, sampai jadi presiden. Mulusnya karir politik itu juga karena Jokowi diberi tiket oleh Megawati saat pemilu.
Kini, tiga tokoh besar itu sedang diadu domba. Hubungan Megawati, Ganjar, dan Jokowi terancam merenggang. Agaknya pihak yang ingin mengadu domba itu bukan sembarang orang. Dia paham betul peta politik di internal partai moncong putih. Sebab, isu Jokowi calon ketum itu disebar di momen yang pas. Sepertinya skenarionya sudah dipersiapkan matang matang.
Sebelumnya, Jokowi pernah statemen "ojo kesusu (jangan terburu)" ketika ditanya soal pencapresan dari PDIP. Statemen itu bisa jadi bermakna penentuan capres menunggu Jokowi menjadi Ketum PDIP. Ini menggiring opini publik karena selama ini Jokowi tampak dekat dengan Ganjar. Banyak muncul di berita-berita dan media sosial, Jokowi mengajak Ganjar duduk satu mobil saat kunjungan kerja di Jawa Tengah. Kemesraan itu hampir terjadi saat Jokowi bertemu Ganjar.
Masyarakat sudah dijejali jika Ganjar dianak-tirikan Megawati. Ada anggapan kalau Megawati tidak memrioritaskan Ganjar dan lebih memilih anaknya, Puan Maharani untuk dinobatkan jadi capres 2024. Politik trah ini memang lumrah terjadi meski sebenarnya kinerja Ganjar bisa dibilang lebih nyata ketimbang Puan.
Sementara Ganjar adalah loyalis. Dia pernah ngaku tidak akan membelot dari PDIP hanya demi mengejar predikat capres. Jadi, si penbar isu adu domba ini mengira, satu-satunya kesempatan Ganjar bisa maju di pilpres adalah dengan melengserkan Megawati. Nama Jokowi sengaja diajukan karena itu tadi, kedekatan dengan Ganjar sudah kentara.
Momen itu juga pas karena dinamika politik nasional mulai terasa. Mungkin akan ada lagi kabar angin lain yang lebih kencang demi menamatkan nama Ganjar biar tidak lagi bisa maju pilpres lewat partai PDIP. Ya, makin tinggi pohon, makin tinggi angin yang menerpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H