Mohon tunggu...
Nisrina Haqque
Nisrina Haqque Mohon Tunggu... Pengajar dan pembelajar. -

Seorang pembaca dan pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Am I Smarter than a Fifth Grader?

23 Januari 2014   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelihatannya akhir-akhir ini sedang ramai sekali ya, membahas acara pertelevisian di Indonesia. Nggak di facebook, twitter, blog, atau bahkan media ini, Kompasiana. Satu yang bisa saya simpulkan, semua itu media yang mengungkapkan aspirasi masyarakat sekalian. Setidaknya, warga penghuni jejaring sosial yang sudah saya sebutkan di atas adalah masyarakat dan generasi muda yang melek teknologi dan selalu tahu apa yang sedang terjadi di luar sana. Dan media sosial, merupakan media yang benar-benar tepat untuk menyuarakan aspirasi mengingat kecepatan teknologi saat ini.

By the way, kayaknya acara televisi yang lagi banyak dihujat saat ini adalah Yuk Kita Smile (YKS) kali ya. Ini juga membuatku heran. Perasaan, banyak banget pihak yang menginginkan agar acara ini segera ditutup. Beneran deh. Tapi aku belum mendengar ada tanda-tanda acara ini segera diberhentikan.

Lalu, satu acara lagi yang nyata-nyata mengundang kesedihan dari pemirsa setianya. Hitam Putih. Kabarnya Hitam Putih berhenti tayang karena ratingnya rendah, ya? Atau ada alasan lain? Apapun itu, sebenarnya, aku juga suka nonton acara itu.

Pertama, host nya, Deddy Corbuzier, itu selalu menarik untuk diteliti lebih lanjut. Hahaha. Bukan, bukan. Secara fisik dan gaya bicaranya juga menarik, gitu. Bagus. You know what lah, host dari suatu acara juga mempengaruhi penonton yang melihat. Begitu penonton merasa cocok dengan hostnya, pasti mereka akan berusaha nonton lagi di episode berikutnya.

Yang kedua, isi dari acara itu sendiri sangat inspiratif. Selalu ada yang menjadi bahan renungan kita setelah menonton. Bagaimana secara tidak sadar kita telah membaca biografi hidup seseorang, baik hitam dan putihnya, kebaikan dan keburukannya, hanya disampaikan secara lisan. Talkshow lain mungkin cuman mengundang artis-artis dan menguak kehidupan pribadinya, tanpa ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa kita peroleh.

Yang ketiga, biasanya khan ada semacam sederetan kata-kata motivasi di akhir acara. Nah, kata-kata motivasi itu juga menarik menurutku. Sejujurnya, aku sedih banget acara Hitam Putih pensiun. Tapi, mau bagaimana lagi? Apakah setelah membaca tulisan ini produser TV itu mengerti keadaan kita dan mewujudkannya? Belum tentu juga, kan? Di luar sana mungkin masih banyak orang yang membutuhkan hiburan sejenis goyangan yang kian marak akhir-akhir ini.

Kembali ke judul, coba kita putar ingatan kita ke masa lalu. Ada khan acara Are You Smarter than A Fifth Grader? Yang dulu disiarin Global TV lho. Dulu, meskipun jengkel, aku tetap suka nonton acara itu deh, hehehe. Menambah ilmu soalnya. Yang membuatku jengkel palingan bagaimana bisa anak-anak kelas lima SD mampu menjawab pertanyaan yang sulit sekalipun, nyaris tanpa berpikir. Itu kurang masuk akal menurutku. Itu kelemahannya sih.

Aku pikir, dengan model yang seperti itu tuh sudah menjatuhkan mental lawan. Belum-belum peserta lain yang lebih tua pasti sudah mikir,”Ah, bagaimana kalau aku nggak bisa menjawab, ya? Anak-anak itu pasti sudah bisa menjawab deh. Memalukan.” Tapi sekarang, aku mendadak berpikir. Kira-kira, apa benar aku sudah lebih pintar dari anak kelas 5 SD ya? Aku jadi ragu. Anak kelas 5 SD jelas-jelas masih lebih bisa diatur dan tingkah lakunya tidak macam-macam. Saat ini, aku merasa tidak bisa diatur lagi dan selalu membuat susah kedua orangtuaku. Artinya, aku bahkan lebih menyusahkan dari anak kelas 5 SD, khan? (Tunggu, ini tulisannya jadi kemana-mana, ya? Apa-apaan ini? #Plaak! Hehehe)

Oh iya, masih ingat juga dengan program Who Wants To Be A Millionaire? Aku juga kangen dengan acara itu deh, hehehe.

Sebagai penutup, aku hanya ingin memberi saran pada kalian, wahai, generasi muda bibit penerus bangsa. Bagaimana kalau kita kembali ke buku? Tak ada buku yang tidak bermanfaat, percayalah padaku. Jadi, meskipun kita nggak bisa maksain produser buat memberhentikan tayangan yang tidak kita sukai, dan sebaliknya, menayangkan tayangan yang kita inginkan, setidaknya kita tidak rugi. Menonton televisi sih boleh saja, itu jelas. Tapi kalau bisa, pilih acara yang bermanfaat. Daripada kita sibuk menggugat yang tidak jelas dan tidak terkabulkan. Kalau nggak bisa milih acara yang jelas, baca buku aja sana. Atau baca majalah. Atau melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat gitu. Yang jelas, kita lebih tau apa yang baik bagi diri kita sendiri.

Atau satu saran lagi. Minum secangkir kopi di teras, barangkali, ditemani radio kesayangan dan angin malam yang menyejukkan bisa menjadi pilihan. Semua terletak di tangan anda. Kuasa atas remot televisi, kuasa atas secangkir kopi. Termasuk kuasa atas masa depan anda sendiri. Selamat beraktivitas. J

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun