Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kusni Kasdut: Antara Pahlawan atau Pelaku Kriminal?

10 November 2024   21:09 Diperbarui: 10 November 2024   21:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi generasi 1960-an dan 1970-an, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Kusni Kasdut. Kusni Kasdut yang bernama asli Waluyo ini memiliki sepak terjang yang sangat panjang sebelum akhirnya harus meregang nyawa di depan regu tembak pada 16 Februari 1980. Sebelum dikenal sebagai perampok, pria kelahiran Blitar ini pernah tergabung dalam laskar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Rampal, Malang. Ia juga tergabung dalam laskar Tentara Pelajar pimpinan Mas Isman. Bersama laskar tersebut, ia bergerilya hingga Surabaya menghadapi serangan pasukan Sekutu dan Inggris.

Setelah berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan Inggris mundur, laskar tersebut pun membentuk kelompok sendiri-sendiri. Pada 19 Desember 1948, saat ia berada di Yogyakarta, ia menemukan meriam tentara Belanda dan mendorongnya bersama warga untuk diserahkan kepada segerombolan prajurit untuk modal melawan Belanda. Keterlibatannya dalam berbagai peperangan melawan penjajahan membuat dirinya sangat bangga.  Ia sering membagi-bagikan harta hasil rampasannya dalam operasinya untuk kepentingan perjuangan, layaknya seorang Robin Hood dalam cerita dongeng luar negeri.

Meskipun ia terlibat dalam beberapa kali peperangan mengusir penjajah, ia merasa kecewa setelah dirinya dan laskar Brigade Teratai tidak masuk daftar sebagai pasukan TNI. Bahkan ia sempat mengaku sebagai anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di bawah pimpinan Mas Isman. Namun tetap saja ditolak untuk masuk sebagai anggota TNI karena kaki kirinya cacat akibat luka tembak. Setelah gagal menjadi anggota TNI, Kusni Kasdut pun kembali ke Surabaya. Ia bertemu dengan beberapa rekannya yang juga bekas pejuang, salah satunya Subagyo. Ia lalu diajak oleh Subagyo untuk memeras dengan modus penculikan saudagar kaya dan berhasil mendapatkan uang sebesar Rp. 600.000. Kala itu, jumlah nominal tersebut tidaklah kecil. Pada 31 Mei 1961, ia merampok perhiasan koleksi dari Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat dan berhasil menggondol emas dan berlian senilai Rp. 2,5 miliar.

Setelah terlibat dalam berbagai aksi perampokan, akhirnya pada tahun 1964, ia berhasil diringkus polisi dan dijatuhi hukuman mati. Selama menunggu eksekusi, ia ditahan di Lembaga Permasyarakatan Lowokwaru, Malang. Ia tercatat sudah beberapa kali pindah penjara, termasuk Lembaga Permasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur. Ia juga tercatat sudah delapan kali kabur dari penjara. Tanggal 10 September 1979 sekitar pukul 3 pagi merupakan pelarian terakhirnya. Sebulan kemudian, tepatnya pada 17 Oktober 1979, Kusni ditangkap di tempat persembunyiannya di Surabaya. Pada 16 Februari 1980, ia akhirnya dieksekusi mati di depan regu tembak. Pada hari itu, berakhirlah semua kejahatan yang dilakukan oleh Kusni Kasdut. Meskipun ia pernah terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, gelar Pahlawan Nasional pun enggan diberikan karena aksi kriminalnya yang dilakukannya selama hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun