Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Mengenang Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi yang Wafat saat Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010

26 Oktober 2024   11:40 Diperbarui: 26 Oktober 2024   11:47 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Maridjan. (foto: poroskalimantan.com)

Generasi saat ini mungkin tidak mengenal sosok ini, namun bagi yang lahir antara tahun 1980-an dan 1990-an pasti mengenal akan sosoknya terutama bagi yang tinggal di Yogyakarta. Mbah Maridjan, demikian orang memanggilnya. Mbah Maridjan lahir di Dukuh Kinahrejo, Sleman, Yogyakarta pada 5 Februari 1927. Ia dikenal sebagai juru kunci Gunung Merapi, gunung berapi yang terletak di antara Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), Kabupaten Magelang (Jawa Tengah), dan Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah). Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pada awalnya, ia menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970, lalu menjabat sebagai juru kunci pada tahun 1982.

Pada tahun 2006, terjadi erupsi Gunung Merapi. Namanya semakin populer sejak peristiwa erupsinya Gunung Merapi pada saat itu. Mbah Maridjan lalu ditunjuk untuk menjadi bintang iklan minuman berenergi KukuBima Ener-G!. Ia menjadi bintang iklan produk minuman berenergi tersebut sampai akhir hayatnya pada 26 Oktober 2010, pada saat terjadi peristiwa erupsi Gunung Merapi 2010. Mbah Maridjan menjadi salah satu korban yang meninggal akibat terkena awan panas Gunung Merapi. Menurut cerita, Mbah Maridjan tidak mau diajak mengungsi dikarenakan ia sangat memegang amanah yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Gunung Merapi apapun yang terjadi. Nasib sang juru kunci ini sangat menggemparkan jagad pertelevisian nasional. Bagaimana tidak? Saat itu sekitar pukul 18.00 WIB, berbagai stasiun televisi masih menyiarkan berita tentang erupsi Gunung Merapi dan mempertanyakan bagaimana nasib Mbah Maridjan apakah masih hidup dengan keadaan selamat atau meninggal. Namun akhirnya, jasad Mbah Maridjan telah ditemukan dalam keadaan sujud dan terbujur kaku. Berita kematiannya juga ditayangkan dalam salah satu program infotainment Silet yang ditayangkan di stasiun televisi swasta RCTI.

Setelah kematiannya, Mbah Maridjan mendapatkan penghargaan Anugerah Budaya 2011 dari Pemerintah Provinsi DIY, dalam kategori pelestari adat dan tradisi. Pemberian penghargaan dilakukan oleh Sekda Provinsi DIY, Ikhsanuri pada tanggal 29 November 2011, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun