Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jusuf Ronodipuro, Pendiri Radio Republik Indonesia yang Hidup Sederhana

11 September 2024   23:03 Diperbarui: 11 September 2024   23:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jusuf Ronodipuro (foto: rri.co.id)

Pada 11 September 1945 merupakan catatan terpenting dalam sejarah. Sebulan setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Radio Republik Indonesia secara resmi berdiri dan mengudara untuk pertama kalinya di Indonesia. Pada tanggal berdirinya stasiun radio yang memiliki slogan "Sekali di udara, tetap di udara" ini diperingati sebagai Hari Radio Nasional setiap tahunnya.

Pendirian Radio Republik Indonesia tidak lepas dari peran seorang wartawan yang pernah bekerja di Radio Hoso Kyoku, yaitu Jusuf Ronodipuro. Lelaki kelahiran Salatiga, 30 September 1919 bersama dr. Abdulrachman Saleh (salah satu pilot yang menjadi korban tragedi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA di Bantul, Yogyakarta pada 29 Juli 1947). Sebelum mendirikan Radio Republik Indonesia, Jusuf bekerja di stasiun radio militer milik pemerintahan Jepang kala itu, yaitu Hoso Kyoku sebagai wartawan pada tahun 1943. Karena masih dalam suasana penjajahan Jepang, ia tidak dapat keluar masuk dengan seenaknya, terutama pada saat peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Saat itu, seluruh wartawan Hoso Kyoku tidak diizinkan untuk mendatangi tempat pelaksanaan peristiwa bersejarah tersebut. Maka dari itu, Jusuf pernah meminta Presiden Soekarno untuk membacakan ulang teks proklamasi untuk direkam di studio RRI, Jakarta pada tahun 1951. Meskipun Bung Karno beberapa kali menolak, namun Jusuf tetap merayu proklamator tersebut untuk membacakannya. Hingga akhirnya, jadilah rekaman pembacaan teks proklamasi yang biasanya terdengar di seluruh Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.

Jusuf Ronodipuro juga merupakan tokoh yang kehidupannya sangat sederhana. Kesederhanaannya terlihat saat ia mau menikah pada tahun 1954, ia sama sekali tidak memiliki jas yang akan digunakan untuk resepsi pernikahannya. Bung Karno yang mendengar kabar tersebut berinisiatif untuk meminjamkan jasnya kepada Jusuf. Hingga akhirnya, ia mengenakan jas milik Bung Karno saat resepsi pernikahannya. Sepekan berselang setelah pernikahannya, ia mau mengembalikan jasnya namun ia segan jika jasnya tidak dirapikan terlebih dahulu. Akhirnya ia menitipkan jas milik sang proklamator itu di sebuah tempat untuk membersihkan jas (kalau sekarang mungkin istilahnya laundry). Namun sayangnya, tempat tersebut malah kebakaran dan jas Bung Karno juga turut terbakar. Setelah kejadian itu, Jusuf lantas takut untuk menemui Bung Karno. Namun, sang proklamator itu malah tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Jusuf dan merelakan salah satu jasnya yang terbakar. Selain itu, kegigihan Jusuf Ronodipuro dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia juga diabadikan dalam sebuah lagu ciptaan Saridjah Niung atau yang dikenal dengan nama Ibu Soed, Berkibarlah Benderaku. Ibu Soed pernah berkata bahwa lagu tersebut terinspirasi dari sosok pendiri Radio Republik Indonesia ini yang berani menolak untuk menurunkan bendera merah putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda saat Agresi Militer Belanda I (1947).

Jusuf Ronodipuro meninggal pada 27 Januari 2008 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta karena penyakit stroke dan kanker paru-paru yang dideritanya. Ia wafat pada usia 88 tahun. Jusuf Ronodipuro wafat pada tanggal yang sama dengan wafatnya presiden kedua RI, Soeharto. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada 28 Januari 2008 keesokan harinya. Jasanya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidaklah terlihat banyak karena ia bukan seorang tentara. Namun peninggalannya sampai saat ini masih bisa dinikmati oleh rakyat Indonesia, yaitu Radio Republik Indonesia (RRI). Pada tahun 2012, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan penghargaan kategori "Pengabdian Seumur Hidup" dalam acara Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun