Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Komeng Tidak Mengambil Hari Kelahiran Benyamin Sueb Sebagai Hari Komedi Indonesia?

17 Februari 2024   09:08 Diperbarui: 17 Februari 2024   09:14 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfiansyah Komeng. (foto: liputan6.com)

Nama Alfiansyah Bustami atau yang akrab disapa Komeng ini akhir-akhir ini menjadi viral setelah ia mendapatkan suara terbanyak pada pemilu legislatif pada tahun 2024. Seperti diketahui, komedian yang terkenal dengan jargon "Uhuy" ini mencalonkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) untuk wilayah Jawa Barat.

Dalam pemilihan ini, Komeng mendapatkan total suara sebanyak 1.384.772 suara. Namun itupun baru hasil sementara. Keinginan Komeng untuk menjadi senator ini karena ia ingin mengusulkan Hari Komedi menjadi hari peringatan di Indonesia, sama halnya dengan Hari Musik dan Hari Film. Ia mengambil tanggal 27 September sebagai hari peringatannya, yang diambil dari tanggal lahir Bing Slamet, seniman musik dan komedi legendaris Indonesia. Mengapa tanggal lahir Bing Slamet yang menjadi acuan?

Padahal selain Bing Slamet, Benyamin Sueb juga dikenal sebagai komedian legendaris Indonesia. Dan mengapa bukan tanggal lahir Benyamin Sueb, yang jatuh pada tanggal 5 Maret yang dijadikan peringatan Hari Komedi? Padahal, Benyamin Sueb adalah salah satu pelawak idolanya. Tentu ada alasannya. Jika Komeng mengambil tanggal lahir Bing Slamet sebagai Hari Komedi, tentu tidak ada salahnya. Karena sebelum Benyamin Sueb populer, Bing Slamet lebih dulu dikenal masyarakat Indonesia pada era 1950-an sebagai musisi, seangkatan dengan Ismail Marzuki dan Syaiful Bahri.

Bing Slamet dan Benyamin Sueb. (foto: inews.id)
Bing Slamet dan Benyamin Sueb. (foto: inews.id)

Selain dikenal sebagai musisi, Bing Slamet juga dikenal sebagai aktor, komedian, dan juga penyanyi. Benyamin Sueb sendiri baru dikenal masyarakat Indonesia pada era 1970-an. Namun, kedua tokoh ini sama-sama berkarir di dunia hiburan sampai akhir hayatnya. Sebelum wafat pada 18 Desember 1974, Bing Slamet masih tampil dalam film terakhirnya, Bing Slamet Koboi Cengeng, yang dirilis pada tahun 1974. Sama halnya dengan Bing Slamet, Benyamin Sueb juga masih tampil di sinetron Si Doel Anak Sekolahan sebelum akhirnya wafat pada 5 September 1995. Keduanya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Benyamin pernah menganggap bahwa Bing Slamet adalah gurunya. Maka tidak heran jika kedua tokoh ini memiliki kemampuan di bidang yang sama, yaitu musik, film, dan komedi. Bahkan, Bing Slamet pernah menyanyikan lagu ciptaan Benyamin yang berjudul Nonton Bioskop, yang dirilis pada tahun 1967.

Jadi, Bing Slamet bisa dikatakan bahwa ia adalah pelopor komedi di Indonesia. Ia lebih dulu dikenal masyarakat jauh sebelum Srimulat tampil di stasiun televisi nasional pada era 1980-an ataupun Warkop DKI yang dikenal dengan film-film komedinya, yang selalu menghiasi layar bioskop pada era 1980-an hingga 1990-an. Semoga saja, keinginan Bang Komeng bisa terwujud setelah ia menjadi anggota DPD kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun