Sinetron merupakan hiburan yang saat ini sangat digemari oleh berbagai kalangan, termasuk kalangan ibu-ibu. Sinetron telah populer sejak tahun 1990-an dengan hadirnya sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan yang ditayangkan pada tahun 1994 di stasiun televisi RCTI dan dilanjutkan dengan munculnya sinetron Tersanjung yang ditayangkan di Indosiar.
Namun, banyak masyarakat yang menilai bahwa sinetron saat ini jalan ceritanya sudah mulai tidak berkualitas dan sedikit ngawur. Hal ini dikarenakan pihak rumah produksi yang bekerjasama dengan pihak stasiun televisi tidak menamatkan ceritanya karena sinetron tersebut masih mendapatkan rating tinggi. Hal ini sangatlah berbeda dengan sinetron pada tahun 1990-an hingga 2000-an yang masih mengedepankan kualitas dibandingkan rating. Berikut ini adalah beberapa alasan bahwa sinetron tersebut masih dianggap berkualitas.
1. Tidak diproduksi secara stripping (kejar tayang)
Dalam hal produksi, sinetron tahun 1990-an sangatlah berbeda dengan sinetron saat ini. Sinetron pada saat itu ditayangkan secara mingguan. Jadi, bisa dipastikan dalam hal produksi pun membutuhkan waktu berhari-hari untuk satu episode. Berbeda dengan saat ini yang satu hari bisa untuk memproduksi satu sampai dua episode. Panjang durasinya pun juga berbeda. Lihat saja sinetron Si Doel Anak Sekolahan di aplikasi RCTI+ hanya berdurasi 30 sampai 40 menit. Lalu, ada Lorong Waktu di vidio,com durasinya pun juga sama. Padahal, saat dua sinetron tersebut dulu ditayangkan di televisi, durasinya bisa lebih dari itu karena diselingi iklan. Sistem produksi ini sangat mempengaruhi isi cerita dikarenakan penulis skenario harus berpikir cepat dan keras untuk mendapatkan cerita yang berkesinambungan dan juga tidak ada waktu untuk para pemain mempelajari karakter yang dimainkannya.
2. Dibuat musim tayang
Sinetron pada saat itu memiliki musim tayang yang banyak. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan memiliki tujuh musim tayang, begitu juga dengan Lorong Waktu yang memiliki enam musim tayang. Dengan sistem ini, tentu penulis skenario bisa memikirkan jalan cerita yang akan dibuat di setiap episodenya pada saat musim tayang tersebut. Sinetron saat ini yang masih menggunakan sistem ini adalah Para Pencari Tuhan yang pada bulan Ramadan kemarin sudah memasuki musim tayang yang ke-15. Sinetron tersebut diproduksi oleh orang yang juga pernah memproduksi sinetron Lorong Waktu, yaitu Deddy Mizwar. Sinetron lain yang menggunakan sistem ini adalah Si Yoyo yang telah ditayangkan di RCTI dan SCTV selama tiga musim pada tahun 2003 hingga 2007.
3. Tidak ada penambahan karakter dalam satu jalan cerita
Inilah kelemahan sinetron saat ini, yaitu menambahkan karakter baru dalam satu jalan cerita. Padahal, menambahkan karakter dalam satu jalan cerita akan membuat cerita dalam sinetron seakan-akan berputar tak tahu kemana arah dan tujuannya. Jika penambahan karakter terjadi di setiap musim tayang, maka akan lebih menarik seperi halnya dalam Lorong Waktu dan Si Doel Anak Sekolahan. Makanya, sinetron saat ini tidak akan tamat atau bahkan sampai ribuan episode karena saat terdapat karakter baru, maka akan ada masalah baru juga yang menimpa karakter utama.
4. Tidak memiliki episode yang panjang
Sinetron saat ini telah memiliki panjang episode sampai ribuan. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan saat pertama kali ditayangkan pada tahun 1994 hingga berakhir pada tahun 2003 memiliki 139 episode, belum lagi yang Si Doel Anak Gedongan yang hanya memiliki 15 episode saat ditayangkan pada Oktober 2005 hingga Januari 2006. Sinetron Lorong Waktu yang ditayangkan di SCTV hanya memiliki 207 episode selama enam musim penayangannya dari tahun 1999 hingga 2006. Sinetron Para Pencari Tuhan pada setiap musim penayangannya di bulan Ramadan hanya memiliki 28 hingga 30 episode saja.