Yoyo, si Yoyo, tetaplah tersenyum
Yoyo, si Yoyo, sambutlah hari-hari dengan senyum
Bagi anak-anak yang lahir pada tahun 90-an pasti familiar dengan penggalan lirik lagu di atas. Lirik lagu tersebut adalah lirik lagu soundtrack sinetron Si Yoyo, sinetron yang ditayangkan di RCTI (season 1-2, 2003 s/d 2005), dan SCTV (season 3, 2005 s/d 2007). Si Yoyo dibintangi oleh Teuku Ryan, Nena Rosier, alm. Arief Rivan, Bemby Putuanda, Bobby Rachman, dll.
Sinetron ini menceritakan tentang seorang pemuda yang berusia 23 tahun yang mengalami keterbelakangan mental bernama Satrio atau sering dipanggil Yoyo (diperankan oleh Teuku Ryan). Yoyo sering mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya yang bernama Priono (diperankan oleh alm. Arief Rivan). Berbeda dengan ayahnya. Bu Lastri, ibu Yoyo (diperankan oleh Nena Rosier) memiliki sifat yang sangat lembut.Â
Yoyo sering sekali diganggu oleh preman kampung yang bernama Baron (diperankan oleh Bemby Putuanda) karena sifatnya yang masih kekanak-kanakan. Namun pada season 2, Yoyo yang semula hanya pemuda bloon yang tak tahu apa-apa berubah menjadi pemuda yang normal dan bisa menolong siapa saja yang ditindas.Â
Pada saat Yoyo sudah menjadi pria normal, Baron pun tak lagi mengganggunya. Begitu juga pak Priono yang semula suka kasar terhadap Yoyo dan bu Lastri berubah menjadi ayah dan suami yang baik. Hal itu berlanjut sampai pada season 3 dimana Yoyo sering membantu orang lain yang sedang bermasalah.Â
Pada season 3 ini, sinetron ini memiliki tema seperti sinetron Hidayah yang pada saat itu ditayangkan di Trans TV, karena kebetulan Si Yoyo dan Hidayah adalah sinetron yang diproduksi oleh PH yang sama, yaitu MD Entertainment.
Tidak lupa pada hari ini, aku ucapkan juga selamat ulang tahun untuk pemeran si Yoyo, yaitu om Teuku Ryan. Semoga besok bisa main lagi dengan karakter yang sama dalam sebuah film pendek yang saat ini skenarionya sedang aku tulis, dan semoga saja nanti bisa disetujui sama pihak MD Entertainment. Dalam skenario itu, aku memasukkan karakter Yoyo dan budhe Lastri yang ceritanya akan menjadi penolong bagi orang lain dan karakter utama, seperti dalam Si Yoyo 3.
Saat sinetron si Yoyo ini ditayangkan, aku masih duduk di bangku kelas 3 SD. Dulu aku merasa kasihan sekali melihat si Yoyo ini dipukuli terus oleh ayahnya. Ya namanya juga masih anak kecil, pastilah tidak tega melihat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H