Apa hal pertama yang kalian pikirkan tentang anemia? Mungkin kata lemas, lesu, mudah lelah, wajah pucat adalah hal-hal yang terlintas di pikiran kalian. Ya, hal tersebut merupakan beberapa gejala dari anemia. Sekarang, yuk kita cari tahu lebih dalam tentang anemia.
Menurut WHO, anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin  darah berada di bawah normal. Loh, memang apa sih fungsinya hemoglobin ini? Hemoglobin berperan sebagai pembawa oksigen ke dalam jaringan yang ada di tubuh. Jadi, terbayang kan  kalau hemoglobinnya berada di bawah normal, jaringan yang ada di tubuh kita akan kekurangan pasokan oksigen sehingga dapat menimbulkan gejala seperti  sakit kepala, lemah otot, kulit pucat, kelopak mata pucat, tekanan darah rendah, dan sesak napas. Â
Sebenarnya ada banyak jenis anemia, namun yang akan kita bahas kali ini adalah anemia kekurangan zat besi. Zat besi merupakan komponen utama di hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Apabila asupan zat besi kita kurang, pengikatan oksigen tidak dapat terjadi secara maksimal sehingga jaringan kita tidak mendapatkan oksigen, padahal oksigen ini penting untuk kesehatan dan kerja dari jaringan tubuh kita.
Anemia ini menjadi permasalahan semua lintas generasi. Mulai dari bayi hingga lansia bisa terkena anemia. Untuk mengetahui apakah kita mengalami  anemia atau tidak, biasanya dilakukan tes yang dapat menunjukkan kadar hemoglobin di darah kita.  Tabel dibawah ini menunjukkan rentang nilai hemoglobin.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja putri lebih tinggi (27,2%),  daripada anemia pada remaja laki-laki (20,3%). Salah satu dampak anemia, yaitu  kesulitan untuk fokus sehingga  dapat menyebabkan produktivitas menurun, padahal masa-masa remaja merupakan waktu di mana banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan. Pada remaja putri, anemia memiliki dampak jangka panjang apabila tidak dicegah maupun ditangani.  Selain itu, dampak yang lebih serius adalah ketika anemia ini terus berlanjut hingga dewasa lalu mereka adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan bayi.  Risiko bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah akan meningkat begitu pula dengan risiko kematian pada ibu. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg)  akan meningkatkan risiko terjadinya stunting.
Sebagai upaya melakukan pencegahan dini, Â kita harus tahu terlebih dahulu mengenai penyebab anemia defisiensi zat besi. Beberapa penyebabnya adalah karena asupan makanan yang tidak adekuat, penyakit infeksi, perdarahan, atau masalah kesehatan tertentu.Â
Seberapa banyak kebutuhan zat besi yang harus dipebuhi? Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2019, kebutuhan zat besi bervariasi menurut kelompok umurnya. Pada laki-laki usia 19-29 tahun kebutuhannya sebanyak 9 mg per hari, sementara pada perempuan usia 19-29 tahun kebutuhannya adalah 18 mg per hari.Â
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian, tentunya kita harus mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi. Zat besi ini ada dua jenis, yaitu zat besi heme (bisa kita temukan di protein hewani) dan zat besi nonheme(zat besi yang bisa ditemukan di tumbuh-tumbuhan)
Bahan Makanan Sumber Zat Besi Heme  :