Mohon tunggu...
Nur RahmawatiBusyro
Nur RahmawatiBusyro Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penghayatan Terhadap Kebhinekatunggalikaan serta Nilai-Nilai Pancasila di Lingkungan Sekolah dalam Penguatan Identitas Manusia Indonesia

29 Februari 2024   23:37 Diperbarui: 29 Februari 2024   23:50 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nur Rahmawati Busyro

Kebhinekatunggalikaan yang dikenal dengan semboyan "berbeda-beda tetapi tetap satu jua" menjadi semboyan pemersatu berbagai keberagaman yang ada di Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, keberagaman termasuk dalam salah satu ciri khas kemanusiaan Indonesia yang terdiri dari beragam budaya, suku bangsa, adat istiadat, agama, dan lain-lain. 

Berdasarkan hasil observasi mengenai tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan di SMAN 1 Batang Anai, saya melihat bahwa disetiap kelas di sekolah sudah menyediakan foto lambang Pancasila, burung Garuda yang melambangkan sila-sila Pancasila, dimana jika kita maknai setiap sila Pancasila yang dilambangkan dalam burung Garuda, menggambarkan bahwa bangsa Indonesia dengan keberagamannya berusaha untuk tetap bersatu, menghargai perbedaan baik dalam agama maupun suku bangsa serta menyelesaikan masalah dengan musyawarah mufakat. Hal ini akan menjadi pengingat bagi peserta didik untuk tetap mempertahankan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman bangsa.

Selain itu, di SMAN 1 Batang Anai, di setiap kelas, siswa memiliki beragam agama dan suku bangsa. Dalam keberagaman agama, sekolah menghargai berbagai perbedaan agama yang ada pada peserta didik, setiap harinya di pagi hari ada waktu yang disediakan untuk menjalankan aktivitas Rohani, misalnya siswa beragama islam membaca al-qur'an sementara yang non menjalankan aktivitas sesuai agamanya. Sekolah juga memiliki kegiatan kerohanian di hari Jum'at, dimana di setiap hari jum'at sekolah mengadakan aktivitas rohani untuk siswa beragama islam di lapangan karena mayoritas siswanya islam, sementara untuk siswa beragama lain dikumpulkan di satu ruangan untuk melakukan kegiatan rohaninya. Terkait perbedaan suku bangsa, di SMAN 1 Batang Anai memang mayoritas siswanya suku Minang, namun di dalam satu kelas akan ada ditemukan siswa dengan suku Jawa, Melayu, Batak, dll. Dalam perbedaan suku ini, selama proses pembelajaran guru juga sudah selalu mengingatkan untuk menghargai perbedaan yang ada serta melaksanakan pembelajaran dengan memasukkan unsur lokal secara umum berdasarkan tempat tinggal.

Pancasila merupakan pedoman dan jiwa bangsa Indonesia yang mendasari sendi-sendi kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila merangkum nilai dan norma yang baik, yang berlaku dalam Masyarakat, untuk menciptakan persatuan dalam bangsa dengan berbagai keberagaman ini. Di SMAN 1 Batang Anai, sebuah sekolah yang mayoritas orang, baik tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam lingkungan sekolahnya bersuku Minang, memiliki latar belakang tempat tinggal dan adat istiadat yang hampir sama, namun juga masih terdapat perbedaan pada beberapa warga sekolah yang ada disana. Baik pada peserta didik yang tidak berasal dari suku dan agama yang berbeda maupun dalam perbedaan pendapat atau ide yang umumnya terjadi dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini, guru disana tetap mengajarkan kepada peserta didiknya tentang nilai-nilai baik yang terkandung dalam Pancasila yang dapat dimaknai dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam penghayatan terhadap sila pertama ini, sekolah melakukan kegiatan kerohanian sebelum memasuki jam pertama, seperti membaca Kitab Suci Al-Qur'an bagi umat Islam; Berdo'a sebelum belajar maupun sesudah belajar; menjalankan kegiatan kerohanian di setiap hari Jum;at; menjalankan sholat dzuhur dan jum'at berjamaah; serta, mengajarkan siswa untuk tidak membeda-bedakan siswa dengan agama berbeda atau minoritas.

Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam penghayatan terhadap sila kedua ini, sekolah selalu mengajarkan untuk 5 S (senyum sapa salam sopan santun) yang dijalankan setiap harinya; mengajarkan untuk saling menghargai sesama dan menghormati orang yang lebih tua termasuk Bapak dan Ibu Guru di sekolah; menaati tata tertib sekolah; serta, saling membantu dalam tugas kemanusiaan seperti mengumpulkan dana jika ada warga sekolah yang terkena musibah baik ada kemalangan maupun sakit.

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia. Dalam penghayatan terhadap sila ketiga ini, dapat dilihat dari sekolah yang mengadakan upacara bendera dengan khidmat di setiap senin pagi; mengajarkan siswa untuk tidak membeda-bedakan teman terlepas dari berbagai latar belakangnya yang berbeda; dan, tetap menjaga kerukunan di lingkungan sekolah baik itu antar peserta didik, antar guru maupun peserta didik dengan guru.

Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dalam penghayatan terhadap sila keempat ini, dapat dilihat dari sekolah yang mendorong partisipasi aktif siswa dalam forum-forum diskusi di kelas dalam proses pembelajaran; memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk organisasi seperti osis yang membantu dalam menyamapaikan aspirasi peserta didik, melaksanakan musyawarah untuk kegiatan-kegiatan sekolah; pemilihan ketua kelas biasanya dilakukan secara voting atau menggunakan musyawarah mufakat dengan bimbingan dari guru kelas; serta, melibatkan peserta didik dalam pengambilan suara untuk pemilihan ketua organisasi maupun penanggung jawab kegiatan di sekolah.

Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam penghayatan terhadap sila terakhir Pancasila ini, sekolah dengan perantara guru di setiap kelas selalu mengajarkan kepada peserta didik untuk tidak membeda-bedakan teman; mengatasi permasalahan tanpa membeda-bedakan karena memperhatikan dari berbagai factor (tidak ada keberpihakan); serta, memandang bahwa setiap peserta didik itu sama sebagai anak yang membutuhkan pendidikan dan pengajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun