Penentuan Hari Baik Berdasarkan Weton
- Mengoptimalkan Waktu: Weton digunakan untuk menentukan hari-hari yang dianggap baik untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti memulai usaha, menikah, atau bepergian. Dengan memilih hari yang dianggap baik, diharapkan kegiatan tersebut akan berjalan lancar dan sukses.
- Menghindari Hal-hal Negatif: Sebaliknya, weton juga digunakan untuk menghindari hari-hari yang dianggap kurang baik. Dengan menghindari hari-hari tersebut, diharapkan seseorang dapat terhindar dari masalah atau kesulitan.
- Menciptakan Keseimbangan: Penentuan hari baik berdasarkan weton bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.
Kaitan dengan Waktu, Ruang, Arah, dan Makna
Diagram tersebut menunjukkan bagaimana kelima unsur ini dikaitkan dengan konsep waktu, ruang, arah, dan makna.
- Waktu: Setiap unsur memiliki kaitannya dengan siklus waktu. Misalnya, Nang berkaitan dengan siklus pertanian, Ning dengan siklus emosi, dan seterusnya.
- Ruang: Kelima unsur ini dihubungkan dengan arah mata angin. Utara diasosiasikan dengan Nang, Barat dengan Ning, Timur dengan Nung, dan Selatan dengan Neng. Gong sebagai unsur kelima mewakili pusat atau titik keseimbangan.
- Arah: Arah-arah mata angin memiliki makna simbolis yang berbeda-beda dalam budaya Jawa. Misalnya, Utara sering dikaitkan dengan hal yang bersifat stabil dan kokoh, sedangkan Selatan dikaitkan dengan hal yang bersifat dinamis dan perubahan.
- Makna: Setiap unsur memiliki makna simbolis yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, seperti sifat, karakter, dan nasib.
"Cokro Manggilingan". Konsep ini menggambarkan siklus kehidupan manusia dari lahir hingga kematian, dikaitkan dengan alam semesta dan nilai-nilai kehidupan. stilah ini mengacu pada siklus kehidupan yang berputar terus-menerus, seperti roda yang berputar. Konsep ini menggambarkan bahwa kehidupan manusia adalah bagian dari siklus alam yang lebih besar.Â
Tahapan kehidupan manusia dalam konsep Cokro Manggilingan, yaitu:
- Maskumambang: Tahap ini merepresentasikan awal mula kehidupan manusia, yakni saat janin berada dalam kandungan. Masa ini dianggap sebagai masa yang suci dan penuh potensi.
- Mijil: Kelahiran bayi adalah momen sakral yang menandai dimulainya kehidupan di dunia fana. Bayi yang baru lahir dianggap sebagai "kertas kosong" yang siap diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan.
- Sinom: Masa kanak-kanak dan remaja adalah masa pertumbuhan fisik dan mental yang sangat pesat. Pada tahap ini, manusia belajar tentang dunia di sekitarnya, mengembangkan keterampilan sosial, dan membentuk identitas diri.
- Kinanthi: Kata "kinanthi" berarti "dilatih". Tahap ini menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk memperkuat jiwa dan karakter. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan dapat mengembangkan potensi diri dan menjadi manusia yang berguna.
- Asmarandana: Cinta adalah salah satu emosi yang paling kuat dan universal. Pada tahap ini, manusia mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis dan mencari pasangan hidup.
- Gambuh: Setelah menemukan pasangan hidup, manusia memasuki tahap pernikahan dan membangun keluarga. Keluarga dianggap sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu.
- Dhandhanggula: Masa produktif adalah saat seseorang berkontribusi pada masyarakat melalui pekerjaan dan aktivitas sosial. Pada tahap ini, manusia diharapkan dapat mencapai kesuksesan dan mewujudkan cita-citanya.
- Dharma: Setelah mencapai kesuksesan duniawi, manusia diharapkan dapat mengalihkan fokus pada hal-hal yang lebih tinggi, seperti spiritualitas dan pelayanan kepada sesama.
- Pucung: Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tahap ini mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia fana bersifat sementara dan kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.
Kesimplan
Konsep weton menawarkan pendekatan yang unik dan personal dalam manajemen waktu. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip weton, seseorang dapat mencapai kehidupan yang lebih seimbang, produktif, dan bahagia. Namun, penting untuk diingat bahwa weton hanyalah salah satu alat yang dapat digunakan, dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang.
Daftar pustaka
1. Raharjo, T, 2008, Cokro manggilingan Penciptaan Karya Seni Rupa dalam Rangka PAMERAN NASIONAL SENI KRIYA KONTEMPORER, Institut Seni Indonesia Yogyakarta