Mohon tunggu...
Nur Patimah
Nur Patimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

NIM: 43221120052 | Program Studi: Sarjana Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Jurusan: Akuntansi | Universitas: Universitas Mercu Buana | Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Etika Komunikasi Lasswell, Burber, Sosrokartono

11 Oktober 2024   23:58 Diperbarui: 12 Oktober 2024   00:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Etika komunikasi merupakan kajian penting dalam memahami dinamika interaksi manusia. Para pemikir dari berbagai latar belakang telah mencoba merumuskan model-model etika komunikasi yang dapat menjadi pedoman dalam berinteraksi. Tiga tokoh yang patut diperhatikan adalah Harold Lasswell, Martin Buber, dan  Raden Mas Panji Sosrokartono (Catur Murti). Tulisan ini akan menganalisis model etika komunikasi dari ketiga tokoh tersebut dengan pendekatan komparatif, menyoroti aspek what (apa yang menjadi fokus etika komunikasi), why (mengapa model etika komunikasi tersebut penting), dan how (bagaimana menerapkan etika komunikasi dalam praktik). 

Etika komunikasi adalah aspek penting yang mengatur bagaimana individu dan kelompok berinteraksi dalam masyarakat. Tiga pemikir terkenal yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman etika komunikasi adalah Harold D. Lasswell, Martin Buber, dan Sosrokartono. Masing-masing memiliki pendekatan yang unik dan relevan dalam konteks komunikasi.

Lasswell, seorang komunikasi scholar, dikenal dengan model komunikasinya yang sederhana namun mendalam: Siapa yang berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa? Model ini menyoroti pentingnya analisis dalam komunikasi. Dalam konteks etika, Lasswell mengajak kita untuk mempertimbangkan tanggung jawab komunikator dalam menyampaikan informasi yang benar dan tidak menipu. Dia menegaskan bahwa komunikasi harus dilakukan dengan integritas dan mempertimbangkan dampak sosial dari pesan yang disampaikan.

Harold Lasswell mengidentifikasi lima elemen kunci dalam proses komunikasi: komunikator, pesan, media, penerima, dan efek. Modelnya menyoroti bahwa tujuan utama komunikasi seringkali adalah untuk mempengaruhi penerima pesan. Oleh karena itu, komunikasi dapat dipandang sebagai upaya persuasi. Lasswell berpendapat bahwa setiap pesan yang disampaikan akan menimbulkan efek tertentu, baik positif maupun negatif. Efektivitas pesan sangat bergantung pada cara penyampaiannya.

Model komunikasi Lasswell penting karena beberapa alasan:

  • Kesederhanaan dan Kejelasan: Model ini memecah proses komunikasi menjadi lima komponen yang jelas: pengirim, pesan, saluran, penerima, dan efek. Kesederhanaan ini membuatnya mudah dipahami dan diterapkan dalam berbagai konteks.
  • Fleksibilitas: Awalnya dirancang untuk komunikasi massa, model ini telah diadaptasi ke banyak bidang lain, termasuk komunikasi antarpribadi, pemasaran, dan hubungan masyarakat.
  • Kerangka Analitis: Model ini menyediakan cara terstruktur untuk menganalisis komunikasi dengan mengajukan pertanyaan spesifik tentang setiap komponen. Ini membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam strategi komunikasi.
  • Dasar untuk Penelitian Lebih Lanjut: Model Lasswell telah mempengaruhi banyak teori dan model komunikasi berikutnya. Ini berfungsi sebagai kerangka dasar yang dibangun oleh para ahli teori lainnya.
  • Fokus pada Efek: Dengan memasukkan komponen "efek", model ini menekankan pentingnya memahami dampak komunikasi pada audiens, yang sangat penting untuk komunikasi yang efektif. 

Untuk melakukan komunikasi yang etis sesuai dengan model Lasswell, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Who (Siapa): Pastikan pengirim pesan (komunikator) memiliki niat yang baik dan bertanggung jawab. Pengirim harus jujur, transparan, dan menghormati hak-hak penerima pesan.
  • Says What (Apa yang dikatakan): Pesan yang disampaikan harus jelas, akurat, dan tidak menyesatkan. Hindari informasi yang dapat menimbulkan kebingungan atau salah tafsir. Pastikan pesan tersebut tidak mengandung konten yang diskriminatif atau ofensif.
  • In Which Channel (Melalui media apa): Pilih saluran komunikasi yang tepat dan etis. Misalnya, gunakan media yang sesuai dengan audiens dan pastikan media tersebut tidak digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau merugikan.
  • To Whom (Kepada siapa): Kenali audiens Anda dan pastikan pesan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik mereka. Hormati privasi dan hak-hak audiens, serta hindari penyebaran informasi yang dapat merugikan mereka.
  • With What Effect (Dengan efek apa): Pertimbangkan dampak dari pesan yang disampaikan. Pastikan pesan tersebut memberikan efek positif dan tidak merugikan penerima. Evaluasi apakah pesan tersebut dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, atau hubungan yang lebih baik antara pengirim dan penerima.

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Martin Buber, filsuf Yahudi, terkenal dengan konsep aku dan engkau yang menjelaskan relasi antar manusia. Dalam etika komunikasi, Buber menekankan pentingnya dialog yang tulus dan penghormatan terhadap satu sama lain. Ia berargumen bahwa komunikasi yang etis terjadi ketika individu berinteraksi sebagai mitra setara, saling menghargai dan mendengarkan. Hal ini menciptakan ruang bagi pemahaman dan keterhubungan, yang esensial dalam memperkuat hubungan interpersonal dalam masyarakat. Model komunikasi Aku-Engkau yang dikemukakan oleh Martin Buber memiliki relevansi yang sangat tinggi dalam konteks etika komunikasi modern. Konsep ini menawarkan sebuah kerangka pemikiran yang mendalam tentang bagaimana seharusnya manusia berinteraksi satu sama lain. 

  • Aku-Engkau (I-Thou): Ini adalah relasi yang mendalam dan otentik antara dua individu. Dalam relasi ini, kita mengakui keberadaan orang lain sebagai subjek yang setara, dan berinteraksi dengan mereka secara langsung dan penuh perhatian. Contohnya, hubungan antara orang tua dan anak, sahabat sejati, atau hubungan spiritual dengan Tuhan.
  • Aku-Itu (I-It): Sebaliknya, relasi Aku-Itu adalah relasi yang lebih objektif dan fungsional. Kita memperlakukan orang lain sebagai objek atau alat untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, interaksi dengan pelanggan, transaksi jual beli, atau saat kita hanya melihat seseorang sebagai peran sosialnya (misalnya, guru, dokter).

Model etika komunikasi Martin Buber penting karena beberapa alasan utama:

  • Penghargaan terhadap Kemanusiaan: Model ini menekankan pentingnya melihat dan memperlakukan orang lain sebagai individu yang utuh dan unik, bukan sekadar objek atau alat. Ini membantu menciptakan hubungan yang lebih manusiawi dan bermakna.
  • Keterbukaan dan Kejujuran: Dalam hubungan "I-Thou", komunikasi terjadi dengan keterbukaan dan kejujuran. Ini mendorong dialog yang lebih dalam dan autentik, yang dapat memperkuat hubungan interpersonal.
  • Empati dan Pengertian: Model ini mengajarkan pentingnya mendengarkan dengan empati dan memahami perspektif serta pengalaman orang lain. Ini dapat meningkatkan kualitas komunikasi dan mengurangi konflik.
  • Relevansi dalam Berbagai Konteks: Meskipun awalnya dikembangkan dalam konteks filsafat dan teologi, prinsip-prinsip Buber dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, psikologi, dan manajemen.
  • Etika Komunikasi: Model ini memberikan kerangka kerja untuk komunikasi yang etis, yang sangat relevan dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks. Ini membantu memastikan bahwa komunikasi tidak hanya efektif tetapi juga bermoral.

Berikut cara menerapkan konsep Buber dalam kehidupan sehari-hari:

  • Hubungan yang Otentik: Cobalah untuk melihat orang lain sebagai "Engkau" (Thou) daripada "Itu" (It). Ini berarti melihat mereka sebagai individu yang unik dan berharga, bukan sekadar objek atau alat.
  • Dialog yang Mendalam: Lakukan komunikasi yang jujur dan terbuka dengan orang lain. Fokus pada mendengarkan dan memahami perspektif mereka, bukan hanya merespons atau memberikan pendapatmu sendiri.
  • Empati dan Penghargaan: Berusahalah untuk benar-benar memahami perasaan dan pengalaman orang lain. Tunjukkan penghargaan dan rasa hormat terhadap mereka sebagai individu.
  • Kehadiran Penuh: Saat berinteraksi dengan orang lain, berikan perhatian penuhmu. Hindari gangguan seperti ponsel atau pikiran lain yang mengalihkan perhatianmu.
  • Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk merenungkan hubunganmu dengan orang lain. Pertimbangkan bagaimana kamu bisa lebih hadir dan otentik dalam interaksi sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun