Mohon tunggu...
Okta Tutut
Okta Tutut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Can-Macanan Kadhuk

6 April 2017   00:08 Diperbarui: 6 April 2017   09:00 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seni dan budaya daerah merupakan warisan dengan harga tak ternilai  yang sepatutnya kita lestarikan. Misalkan seperti kesenian yang ada di Jember yaitu musik patrol, can-macanan kadhuk, egrang tanoker, dan batik jember. Namun penulis hanya akan membahas tantang can-macanan kadhuk dan hubungannya dengan islam nusantara

Can-macanan kadhuk adalah seni Budaya yang berasal dari jember yang mempertontonkan can-macanan yang biasa dilakuka pada malam hari. Can-macanan berarti macan gadungan dan kadhuk berarti karung goni yang kemudian disulam dengan tali rafia membentuk macan besar, tingginya bisa mencapai satu setengah meter dengan berat bisa mencapai setengah kuwintal, dengan lebar mulut kurang lebih 40 cm. Bagian kepalanya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan cat minyak untuk menggambarkan wajah macan. Kesenian can-macanan kadhuk yang masih berkembang pada saat ini ada di Desa Sumberpakem Sumberjambe Jember.

Menurut Bapak Hos selaku tokoh masyarakat di desa tersebut, tidak ada yang bisa memastikan bagaimana dan kapan can-macanan kadhuk bisa hadir di Jember dan bisa menjadi sebuah budaya. Namun, menurut beliau semua ini adalah refleksi kehidupan masyarakat yang bekerja di perkebunan dan pertanian tentang bagaimana menjaga ladangnya agar terhindar dari hewan liar.

Dalam pertunjukan ini, biasanya ada tiga can-macanan kadhuk yang digunakan dalam sebuah pertunjukan yang didalamya terdapat dua orang yang bertugas sebagai kepalanya dan satunya lagi sebagai badan dari macan tersebut. Dalam pertunjukan ini selalu ada musik untuk mengirinya, musik itu seperti lagu sakral dengan alat musik tradisional seperti gong, gendang, gambang, bonang, suling, dan rebana. Namun dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini, para pemain dari can-macanan kadhuk ini selalu memikirkan bagaimana agar kesenian ini tidak pernah punah dan selalu di tunggu-tunggu masyarakat. Akhirnya, agar hal tersebut tidak terjadi maka mereka mengganti musik serta alat musiknya dengan lagu-lagu yang lagi trand pada saat ini dan alat musiknya pun diganti dengan alat musik drumband mengikuti sesuai selera masyarakat. Can-macanan kadhuk ini biasanya diselenggarakan untuk memeriahkan hari-hari besar dan acara hajatan.

 Kesenian ini memiliki pesan moral yaitu untuk menjalin silaturrahmi antar masyarakat. Sehingga kesenian ini tidak ditolak dalam masyarakat karena sesuai dan tidak menyimpang dengan ajaran islam. Karena dalam islam sangat dianjurkan untuk saling menjaga silaturrahmi antar umat muslim. Selain pesan moral, di dalamnya terdapat aspek pendidikan membahas tentang peran kesenian can-macanan kadhuk dalam pendidikan yang di dalamnya terdapat aspek ilmu pengetahuan yang membahas tentang peran kesenian ini bagi pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya studi ilmu seni musik dan teater. Hal ini sangat cocok untuk islam nusantara,karena di dalam islam  nusantara aspek pendidikan juga menjadi prioritas yang sangat dibutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun