Clavus Clavo Pellitur
Oleh : Nurohmat
Istilah di atas merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia militer imperium Romawi kuno, sederhananya dapat diterjemahkan lawanlah baji dengan baji. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk mengalahkan musuh perhatikan baik-baik strategi, perangkat perang, dan hal-hal lainnya yang digunakan oleh musuh.
Jika kita mempersiapkan segala sesuatunya, setidaknya sama atau seimbang dengan kekuatan lawan maka kita berpeluang untuk mengalahkannya. Begitu pula untuk mengalahkan kebobrokan suatu sistem dimanapun. Kita harus jeli betul siapa yang berperan sebagai apa, perangkat yang digunakan apa, dan siapa-siapa saja yang berperan sebagai penyokongnya.
Ingatlah bahwa sistem yang diciptakan oleh Fir'aun dan kroninya semisal Hamman hanya bisa ditumbangkan oleh Musa. Karakter Musa yang memiliki keberanian, visi yang jelas, keteguhan niat untuk memerdekakan kaum Bani Israil dari cengkraman Fir'aun seimbang dengan kebulatan tekad Fir'aun untuk mengamankan kekuasaannya sampai-sampai pada puncaknya Fir'aun mendeklarasikan diri sebagai Tuhannya manusia.
Tuhan adalah tempat bergantung segala sesuatu dan Fir'aun merasa rakyatnya sudah sangat bergantung kepada dirinya sehingga ia begitu gegabah menuhankan dirinya. Tujuan Musa bukan bermaksud menggulingkan kekuasaan Fir'aun lantas kemudian mengambil alih kekuasaan itu, bukan bukan itu. Tujuan Musa adalah meredam kesewenang-wenangan Fir'aun terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dan ingat, bahwa Musa diperintahkan oleh Tuhan agar memberikan perlawanan terhadap Fir'aun dengan cara-cara yang baik, melakukan pembicaraan positif, bukan caci maki atau kata-kata kotor nan kasar.
Pada saat itu bisa jadi Musa dianggap sebagai perusuh, pemberontak, atau dituduh sebagai orang yang mengacaukan kemapanan sistem. Di setiap puncak kebobrokan, Tuhan akan mengirimkan pendobrak dari lingkaran terdekat sistem itu sendiri. Kita harus akui, tidak setiap pendobrak berhasil menghentikan kekuatan sistem yang sudah mapan lantaran tidak seimbangnya perangkat perlawanan yang ada.
Namun, upaya perbaikan sistem secara berkelanjutan itu penting, agar kita senantiasa tergolong manusia yang memanusiakan manusia. Bukan mengangkat martabat segelintir manusia, dan menginjak-injak sebagian besar masa depan manusia lainnya. Upaya memanusiakan manusia tanpa kecuali adalah perjuangan sepanjang masa yang terus menjadi catatan sejarah sepanjang manusia ada.
Cirebon, 20 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H