Berangkat dari realita, penulis akan memaparkan ungkapan sesorang. Ungkapan itu terkadang terkesan cenda tapi dapat beakibat serius.
Suatu ketika ada orang muslimah yang taat beribadah. Beliau tidak pernah meningalkan kewajiban salat. Ibadah sunah pun dilakukan. Banyak orang yang kagum kepadanya. Para lelaki pun sangat ingin memilikinya. "Sapa sih yang tidak ingin memiliki cewek cantik, masih suci, virgin man?", kata beberapa orang.
Akan tetapi, nasib muslimah itu pun malang. Suatu ketika ia menjadi korban pemerkosaan oleh seorang pemuda. Kejadian itu benar-benar tidak disengaja oleh kedua pihak. Namun, apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. Akhirnya, mereka pun menikah.
Banyak orang tahu akan kejadian muslimah itu. Akibatnya, banyak orang yang mencomoohnya. "Ah, ternyata cewek itu cuma lamis(berkerudung hanya untuk menutupi keburukanya)", kata seorang warga. "Lebih baik tidak berkerudung dari pada berkerudung tapi berbuat maksiat", kata beberapa warga menyambung. Maka dalam masyarakat tersebut banyak orang muslimah yang tidak menutup aurotnya karena merasa tidak mampu. Sungguh ini sangat menyedihkan karena kata yang salah.
Jangan salahkan kerudungnya, tapi orangnya lah yang salah. Itu kesalahan orangnya yang lalai sehingga berbuat maksiat. Akan teatai orang itu juga tidak boleh terus membuka aurotnya karena merasa tidak pantas. Anjuran menutup aurot harus tetap dilaksanakan. Kalo kita berbuat salah ya kita perbaiki kesalahan bukan malah kebaikanya dikorbankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H