Mohon tunggu...
Nur Nazhifah
Nur Nazhifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - part of society

Ruang opini mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Subkultur Hip Hop Jawa: Antara Resistensi dan Hegemoni Budaya

14 Juni 2023   21:10 Diperbarui: 14 Juni 2023   21:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kajian ilmu Sosiologi Budaya melihat subkultur erat kaitannya dengan simbol. Subkultur dengan simbol dan maknanya yang khusus, dikembangkan oleh orang-orang yang berinteraksi satu sama lain. Berkaca pada perspektif Interaksionisme Simbolik, Jogja Hip Hop Foundation menyampaikan musik mereka melalui pertunjukan simbol-simbol.

Interaksi sosial dalam proses pembuatan musik Hip-Hop Jawa tersebut dapat memunculkan apa yang disebut sebagai "idiokultur atau budaya diri" dari kelompok. Jogja Hip Hop Foundation mengembangkan kode linguistik dan simbolis khusus dengan memadukan Subkultur hip-hop dan budaya dalam membawakan berbagai tema lagu.

Ketika interaksi antara Jogja Hip Hop Foundation dengan penonton berlangsung, terjadi proses penyampaian pesan melalui simbol-simbol yang dibawa dan ditampilkan. Kemudian penonton dan penggemar dapat membuat penafsirannya masing-masing dengan memakai pesan-pesan simbolik dari interaksi tersebut. Simbol-simbol tersebut berupa campur sari antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa; Aksesoris dan pakaian kebudayaan sepeti blankon, beskap, kaos longgar dengan printan bernuansa jawa, serta batik; Musik jawa seperti lantunan gamelan yang dipadukan dengan aransemen musik beat modern ala hip-hop.

Jogja Hip Hop Foundation Meresistensi Hegemoni Kultural

Dalam konteks subkultur, Jogja Hip-Hop Foundation tetap berupaya mempertahankan ideologi mereka dari gempuran hegemoni kultural dan industrialisasi yang ada, namun dengan etika budaya mereka konsisten untuk mempertanggungjawabkan kualitas bermusiknya. Karena "hegemoni hanya bisa dipertahankan sepanjang kelas dominan berhasil 'membingkai' semua persaingan dalam jangkauan mereka" Hall (dalam Hebdige, 1979). Oleh karenanya, wujud resistensi mereka terlihat dalam upaya akulturasi subkultur hip-hop dengan budaya Jawa tanpa menghilangkan ciri khas budaya masing-masing yang melahirkan istilah glokalisasi. (Putradarma, 2017)

Penutup 

Perpaduan musik hip hop dengan budaya Jawa adalah bentuk kreativitas yang dimiliki oleh Jogja Hip Hop Foundation. Karya-karya yang diciptakan komunitas tersebut merupakan suatu produk budaya yang diharapkan dapat menjadi upaya pelestarian dan pengenalan Budaya Jawa melalui musik Hip Hop. Kreativitas tersebut menciptakan perbedaan antara musik Hip Hop Jawa dengan musik populer yang ada di Indonesia.

Referensi:

Griswold, W. (2012). Cultures and Societies in A Changing World. Sage.

Putradarma, R. (2017). Subkultur Hiphop Indie Label di Yogyakarta: Sebuah Alternatif atau Siasat dalam Menciptakan "Pasar" Baru. Jurnal Pemikiran Sosiologi. Volume, 4(2).

Rakhmawati, L. Y. (2011). Hip Hop Jawa sebagai Pembentuk Identitas Kelompok Jogja Hip Hop Foundation. Skripsi. Universitas Jogjakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun