Hoaks adalah informasi yang isinya bertentangan dengan yang sebenarnya atau biasa disebut dengan berita bohong yang bisa menyesatkan seseorang yang membacanya. Menurut kasperek & messersmith (2015), informasi hoaks sangat cepat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui akses aplikasi di handphone. Meningkatnya informasi hoaks di Indonesia banyak disebabkan oleh berkembangnya media sosial di kalangan masyarakat. Pada era digital dengan perkembangan teknologi saat ini, penting untuk membangun keterampilan membaca secara kritis bagi pengguna internet, terutama kalangan remaja. Menurut Kementerian Komunikasi Dan Informatika, 98% remaja dan anak-anak mengetahui internet, dan 79,5% adalah pengguna internet.
Membaca kritis mengacu pada kemampuan mengkritisi bacaan serta mampu membentuk pendapat mengenai kebenaran informasi dalam bacaan, sesuai dengan isu-isu yang tengah berkembang. Hal ini bertujuan agar pembaca tidak mudah tertipu oleh informasi yang atau hoaks. Menurut data yang dilansir oleh UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang menunjukkan minatnya dalam membaca. Artinya, hanya satu dari 1000 orang yang aktif melakukan kegiatan membaca.
Perlu diketahui bahwa literasi memainkan peran penting dalam membentuk masa depan remaja. Namun, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh remaja dalam meningkatkan literasi mereka. Salah satunya adalah terpaparnya remaja pada konten hiburan daripada konten yang mendukung literasi atau berisi informasi yang bermanfaat. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi yang dapat diterapkan di lingkungan sekitar remaja, baik di sekolah maupun di rumah. Di lingkungan sekolah, konselor sekolah atau guru BK memiliki peran penting dalam mengajarkan keterampilan membaca kritis kepada siswa. Guru BK sering menggunakan layanan bimbingan klasikal sebagai tindakan preventif sebelum terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan kepada siswa, seperti menjadi korban informasi hoaks. Webinar merupakan salah satu media yang digunakan dalam layanan bimbingan klasikal di sekolah. Dalam webinar tersebut, mengundang narasumber terkait dengan tema yang ditentukan, yaitu membangun keterampilan membaca kritis untuk menangkal hoaks. Harapannya, webinar tersebut dapat membantu siswa belajar membaca kritis sehingga mampu membedakan informasi yang benar dan informasi yang salah atau hoaks.
Kesimpulan:
Hoaks merupakan informasi menyesatkan yang dapat menipu seseorang yang menemukannya, penyebaran informasi hoaks banyak disebabkan oleh penggunaan media sosial di kalangan masyarakat, sehingga penting bagi pengguna internet khususnya remaja untuk mengembangkan keterampilan membaca kritis di era digital saat ini. Membaca kritis sangat penting dalam membentuk masa depan remaja dengan tantangannya yaitu paparan konten hiburan dibandingkan konten pendukung literasi. Jadi, diperlukan strategi seperti mengadakan webinar dengan narasumber terkait dalam sesi konseling sekolah dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan membaca kritis untuk memerangi informasi bohong atau hoaks secara efektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI