Mohon tunggu...
Nurminda Andini
Nurminda Andini Mohon Tunggu... -

aku suka fotografi, puisi, dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu, aku ingin menulis..

8 Februari 2012   15:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibu, aku ingin menulis..

Tapi apa yang harus kutulis, bu? Pantaskah ku tuliskan kekecewaanku pada mereka yang menduduki kursi seharga 24 juta? Bukankah itu suatu kesia-siaan, bu? 24 juta itu sebanyak apa? Pasti banyak sekali ya, bu, dengan uang itu tetangga kita pasti dapat bersekolah, ya bu? Dengan uang itu, kita bisa makan daging setiap hari selama sebulan, kita tidak perlu makan sayur timun lagi, kan, bu? Mengapa mereka mengeluarkan uang semahal itu hanya untuk kayu yang diduduki? Apa mereka tidak tahu, bahwa mereka dapat duduk di ‘kursi’ itu karena kita? Karena kita yang hanya duduk di lantai, di tanah, atau bahkan di tanah pun tidak bisa karena air menggenangi tanah. Apa mereka tidak mengerti arti ‘kesederhanaan’? mereka muslim, kan, bu? Nabi mereka Nabi Muhammad, kan, bu? Mengapa mereka tidak mencontoh kesederhanaan Rasulullah? Apa mereka tidak pernah mendengar kisah Rasulullah? Kalau begitu, ibu harus bertemu mereka. Ibu dapat menceritakan semua kisah teladan Nabi dan Rasul, agar mereka menjadi pemimpin seperti Rasulullah. Agar mereka takut untuk mendapat kemewahan seperti khalifah Umar bin Khattab.

Bu, sejak kapan huruf ‘P’ pada tiga inisial mereka menjadi ‘P’ untuk ‘Penyanyi’? untuk apa ruang karaoke itu, bu? Apakah mereka berdiri dalam jajaran depan Negara hanya untuk menjadi ‘penyanyi’? penyanyi untuk rakyat? Apakah mereka hanya akan menyanyikan janji-janji dan alasan wisata banding mereka? Bu, aku tak butuh penyanyi lagi! Ibu kan tahu sudah banyak penyanyi di tv! Kenapa mereka tidak sekalian saja membentuk boy band? Setidaknya mereka akan ada kegiatan untuk menari dari pada tidur di ruang rapat. Apakah aku keterlaluan, bu? Rasanya tidak, bu, mereka sudah memiliki ruang karaoke, ya, sekalian saja mereka menjadi boy band, bu. Dan kenapa mereka yang menyebut dirimereka sebagaai entertainer di bolehkan berada dalam jajaran depan Negara? Mengapa ada yang mempercayakan suatu kepemimpinan kepada sesorang yang pandai bersandiwara? Kita ngga akan tau semua yang dia katakan adalah sebuah ketulusan atau hanyalah dialog-dialog sinetron stripping yang akan dia lakoni seperti yang kita ingin kan di hadapan kita, namun menjadi sosok yang lain ketika kita tidak melihat. Apa kata-kataku terlalu kejam? Aku mengatakan yang kurasakan, bu, jika mereka tidak ingin aku mencurigai hal itu, seharusnya mereka mampu membuatku percaya dan tidak mengambil kesimpulan seperti ini, kan?

Bu, katanya negri ini negri yang demokratis, yah? Kata ibu demokratis itu dari rakyat untuk rakyat yah? Maksudnya apa bu? Apakah aku termasuk rakyat, bu? Apakah mereka termasuk rakyat juga, bu? Mungkin aku rakyat, ya bu, karena aku harus wajib belajar 9 tahun, aku juga harus menunggu lampu menjadi hijau di perempatan jalan, aku harus menggunakan helm saat berkendara motor, dan aku pasti di penjara jika melakukan pelanggaran pada pasal-pasal yang ada. Ah ya! Mereka juga dihukum ketika melakukan penggelapan uang! Tapi kenapa mereka masih saja mengajukan banding saat diberi hukuman? Ketikamereka melakukan penggelapan uang mereka tidak ingat bahwa perbuatan itu dosa, tapi mereka tetap saja menginginkan hukuman yang lebih ringan. Padahal lebih baik di hukum dunia yang seberat-beratnya kan bu, dari pada hukuman yang langsung dari Allah. Yaah, mungkin mereka menyepelekan dahsyatnya api nereka, ya, bu. Seharusnya mereka malu untuk mengajukan banding ya, bu, sudah ketahuan salah, tapi masih saja meminta keringanan hukuman.. ngga tau malu banget, ya, bu?


Bu, walaupun jajaran depan negara kita rata-rata ‘berpenyakitan’, tapi aku yakin ngga semuanya kan kayak gitu, bu? Semoga mereka secepatnya berobat dan sembuh dari segala macam penyakit mereka.., aku masih berusaha agar menjadi seseorang yang mampu menolong generasi muda selanjutnya, supaya tidak berpenyakitan seperti mereka, bu, do’akan aku ya, bu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun