Setelah saya lulus menjadiseorangSarjana Pendidikan Matematikadari sebuah Perguruan Tinggi Negeri di kota M beberapa tahun yang lalu. Akhir tahun 2010 saya mengikutites penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten K .Nama saya salah satu peserta yang lulus di tes tersebut dan langsung ditempatkan di salah satu SMA Negeri di kecamatan L Kabupaten K. Setelah SK CPNS saya dikeluarkan pada bulan Juni tahun 2011, saya mengurus berkas – berkas yang diperlukan dan dilengkapi di BKD Kabupaten K.Maka saya pun langsungmenemui Kepala Sekolah, dengan membawa berkas – berkas yang diperlukan. Pertemuan dengan Kepala Sekolah berjalan dengan lancar.
Mengingat perjalanan ke sekolah tempat saya bertugas di desa B kecamatan L ternyata agak jauh sekitar 80 Km dari kota asal saya. Ketika itu kami menuju sekolah itu menggunakan mobil pribadi. Berangkat pukul 10.00 WIB dan sampai pukul 14.00 WIB. Jadi lama perjalanan sekitar 4 jam, hal ini disebabkan kondisi jalan yang rusak dan berbelok – belok. Di sekitar sisi jalan bayak jurang yang dalam. Sungguh perjalanan saya kali ini sangat melelahkan dan penuh tantangan.
Ketika saya melapor kepada kepala sekolah, berketepatan dengan ajaran baru tepatnya di bulan Juni tahun 2011. Kepala sekolah menyambut saya dengan gembira dan memperkenalkan dengan guru – guru, tata usaha, serta siswa – siswi di sekolah tersebut. Saya ditempatkan di sekolah ini sebagai guru matematika. Kepala sekolah menugaskan saya lima hari kerja. Berhubung sekolah saya dengan kota tempat saya tinggal agak jauh maka saya kembali menjadi anak kos. Ternyata tempat kos saya ini saya ini pemiliknya adalah seorang mantan kepala desa di desa P. Pemilik kos ini semarga dengan saya yaitu sembiring, maka saya pun memanggil beliau dengan panggilan bibi H. Di rumah kos ini dihuni tiga orang yaitu saya, bibi H dan siswa U.
Siswa U bercerita tentang jarak tempat tinggalnya dengan sekolah sekitar 10Km yaitu desa PB. Itulah alasan mengapa dia kos. Walaupun di rumah tersebut hanya kami bertiga penghuninya tapi kami sangat kompak dan akrab sudah seperti anggota keluarga sendiri. Ketika makan malam bersama, bibi H bercerita tentang kondisi, keadaan dan suasana di desa tersebut, supaya saya dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungannya dan masyarakatnya.
Hari kedua saya berangkat kesekolah dengan sepeda motor milik bibi H dibonceng oleh U, kebetulan tidak dipakai bibi H jadi beliau meminjamkannya. U bercerita kalau di desa itu sangat sulit mendapatkan angkot. Angkot di desa tersebut hanya ada 5, tetapi desa yang dilaluinya ada sekitar 10 desa, jadi kalau mau naik angkot kita harus benar – benar sabar menunggu, kadang bisa menunggu 30 menit atau bisa juga sampai 2 jam baru dapat angkot.
Setelah lima hari kerja saya pulang ke kota K, karenahari Sabtu saya tidak ada jadual mengajar. Hampir setiap Minggu saya pulang balik kecamatan L ke kota K. Kebetulan setiap Hari Jumat teman – teman saya rekan guru yang tinggal di Kota K dan kota M tidak ada yang pulang, jadi saya sendiri yang pulang dengan menggunakan angkutan umum.
Pernah kemarin suatu ketika saya pulangkekota K, sekitar 20Km jarak tempuh yang kami lalui tiba – tiba tabung radiator angkutan umum yang saya tumpangi yang terletak di depan tempat duduk saya, bocor dan air panas yang ada di radiator tersebut menyembur dan mengenai kaki saya, yang mengakibatkan melepuh karena suhu air tersebut diperkirakan lebih kurang duaratus derajad celsius. Ketika peristiwa tersebut terjadi saya yang menjadi korban dan seorang ibu yang juga seorang pedagang yang berdagang di desa L. Semua penumpang terkejut dan kaget melihat kejadian itu. Si Ibu langsung dibawa beberapa penumpang balik ke desa L untuk dirawat di puskesmas, karena kondisi beliau sudah setengah bagian tubuhnya terkena air panas, sedangkan saya dibawa beberapa warga sekitar tempat ke jadian ke tempat peraktek seorang manteri di desa tersebut. Sesampainya di tempat peraktek tersebut, saya disuntik obat antibiotik dan diberi minyak tradisional untuk mengobati luka saya. Saya pun langsung memberi kabar kekeluarga saya di kota K supaya saya dijemput.
Sesampainya di kota K, saudara – saudara saya langsung menyarankan mengobati luka saya dengan obat teradisional. Saya pun langsung mengabari Kepala Sekolah untuk permisi tidak dapat hadir beberapa hari untuk menggobati luka di kaki saya. Ternyata setelah dua minggu luka saya tersebut diobati dengan obat teradisional yang disarankan saudara – saudara saya tersebut, masih belum kering – kering juga. Tetapi sudah tidak separah awal kejadian.
Karena sudah dua minggu saya tidak hadir di sekolah, hari Seninnya saya pun berangkat ke desa B untuk langsung menuju ke sekolah dan mengajar. Sesampainya saya di sekolah dengan perjalanan selama 4jam, saya melihat rok yang saya kenakan sudah basah karena luka saya. Ketika mengajar saya berusaha menutupi rok yang basah agar siswa saya tidak terganggu belajarnya karena melihat kearah luka saya.
Hari Jumat saya pulang kembali kekota K, sampai dikota tersebut saya langsung mencari tiket untuk berangkat ke kota P untuk mengobati luka saya ke dokter. Dua hari saya dan Ibu dikota P. Pulang dari kota P saya langsung berangkat lagi menjalankan tugas saya di desa B. Seminggu sepulang dari Kota P, Alhamdulillah luka saya akhirnya sembuh juga, walaupun masih ada cap dan bekasnya di kaki saya hingga saat ini. Inilah salah satu pengalaman saya tugas di daerah terpencil yang tidak akan pernah terlupakan dari begitu banyak peristiwa dan pengalaman yang pernah saya alami selama mengajar di desa tersebut.
Setahun dari kejadian itu, saya pun mengurus pindah tugas ke kota K. Kebetulan jumlah guru matematika pada saat itu berlebih satu orang di sekolah tersebut. Sedangkan sekolah yang akan saya tuju di kota K butuh satu guru matematika. Alhamdulillah Bulan April tahun 2013 SK pindah saya diterbitkan, dan saya pun resmi mengajar di sekolah tempat tugas saya sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H