Mohon tunggu...
Nurmiati Biantoro
Nurmiati Biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Guru bukanlah seorang pengajar semata, tetapi lebih dari itu ia harus mampu mendidik bahkan menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tugas Diklat Online P4TKMatematika

19 November 2014   04:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raihlah asamu, Nak!

Kisah seorang bocah cilik yang berusia 8 tahun, sekarang duduk di kelas 2 di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Kaloran. Ma’un bocah laki-laki itu sudah ditinggal ibunya sejak ia berumur dua bulan, sedangkan ayah nya entah pergi kemana sejak dia masih dalam kandungan. Kini Ma’un tinggal bersama nenek nya yang sudah tua.

Tidak ada pekerjaan tetap yang digeluti oleh neneknya, kadang membantu tetanggaa di ladang, kadang berjualan tape di pasar. Tak ada kendaraan yang membawa mereka keluar kampung bahkan keuar rumah.

Kebetulan saya diberi amanah dari teman-teman “Komunitas Gubug Infak” memberikan bingkisan untuk anak-anak yatim atau tidak mampu. Ketika saya berkunjung, baru saya tahu rumahnya di pinggir desa agak jauh dari tetangga. Rumah tua, dinding batubata, berlantai tanah dengan sedikit cahaya lampu. Maka saya pun tidak begitu jelas dengan keadaan di dalam rumah itu.

Ketika saya memasuki rumah itu, Ma’un sedang makan di kegelapan ruang depan. Saya dekati dan saya tahu dia makan hanya dengan nasi bercampur kecap saja. Betapa prihatinnya hati saya waktu itu. Sembari saya bersyukur, betapa besar nikmat yang saya terima selama ini.

Dari percakapan kami dengan sang nenek, tahulah saya keadaan keluarganya. Saya sebagai pendidik di sekitar daerah itu, hanya bisa berpesan bahwa pendidikan adalah hal yang penting untuk mempersiapkan masa depan anak-anak. Betapa saya terkagum, bahwa nenek yang tak bersanak saudara dan hidup dengan bantuan para tetangga itu masih bercita-cita sangat tinggi untuk menyekolahkan cucunya sampai tinggi. Karena dia akan terus berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa membantu cucunya mengejar cita-cita yang telah Ma’un impikan.

Di penghujung pertemuan kami, ada sedikit bingkisan yang kami sampaikan. Saya terharu, ketika nenek tersebut tiba-tiba menangis sambil mengucapkan terimakasih dan mendo’akan kami dengan hal-hal yang baik.

Walaupun banyak anak sepertiMa’un disekitar, tapi kadang kita tidak lalai untuk mengingatnya. Apalagi untuk terus membantunya setiap saat. Dengan tulisan ini, saya ingin memngingatkan tengoklah tetangga kita yang hidupnya kurang beruntung. Dalam banyak kesempatan bantulah mereka, sedikit harta yang kita punya adalah hak mereka yang membutuhkan, para tetangga saudara-saudara dekat kita yang membutuhkan.

Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun