Pengalaman spesial gegara saya naik motor dinas (plat merah).
Cerita ini bermula kala saya memutuskan lewat jalur utama. Mungkin karena melihat view yang sama beberapa hari ini jadi muncul rasa bosan. Akhirnya sampailah pada keputusan untuk ganti jalur, khusus hari ini saja!
Mengapa hanya hari ini?
Karena sangat paham dengan kondisi kendaraan yang dipakai saat ini sangat beresiko (Plat mati). Asli modal nekat, tidak ada sim (ketinggalan) ditambah plat mati pula. Benar-benar tidak tertolong lagi nih kalau sampai ketemu Pak Polisi (maaf beribu maaf, mohon jangan diikutin yah guys).
Meski dibarengi rasa was was tetap saja lanjut lewat jalur utama sambil berdoa semoga kenekatan ini berbuah aman dan manis. Senang pastinya melihat view yang berbeda, apalagi jalur utama lebih jauh dari jalur sebelumnya. Jiwa penasarannya itu masih kental banget, maklum anak baru. Masih sempat keliling dulu, berhubung sudah terlanjur ambil resiko paling gak mata ini harus terpuaskan. Begitulah motto saya kala itu.
Sejauh mata memandang terlihat jejeran pohon yang hijau. Sangat menenangkan, masih aman dari polusi kendaraan yang bejibun. Benteng-benteng bersejarah juga turut mewarnai aksi nekat hari ini.
Tak lupa Gunung Kie Matubu (Gunung Tidore) dengan ciri khasnya yang berkepala botak (istilah pribadi ya guys, maafkan!) ikut andil memanjakan mata saya. Katanya gunung ini salah satu gunung tertinggi juga di Maluku Utara (± 1730 m).
View yang tak kalah menarik, gugusan bunga warna warni hampir terlihat di setiap rumah. Dan ternyata rumah di sini berukuran besar-besar, begitu juga dengan pekarangannya pada luas-luas. Masya Allah, mungkin karena masih banyak lahan kosong kali yah!
Alhamdulillah gak ketemu Pak polisi. Namun hal diluar ekspektasi malah terjadi sepanjang perjalanan saya balik ke rumah. Saya sampai terheran-heran melihat banyak bapak-bapak yang berpapasan dengan saya tersenyum akrab dan ramah. Bagaimana tidak heran, saya kan orang baru di sini (Tidore) mana kenal sama mereka.
Dan ternyata setelah senyuman bapak yang terakhir saya pun tersadar ini semua berkat si plat merah. Jadi bapak-bapak yang pada senyum tadi, semuanya naik si plat merah. Mungkin mereka mikir ini rekan saya (salah satu bentuk solidaritas mereka), tapi kok tumben yang naik plat merah si mbak cantik dan muda (Hhahhaa, puji diri sendiri ini mahh, maafkan!).