Pendahuluan
Kemampuan berpikir logika memainkan peran kunci dalam memahami konsep-konsep statistik yang sering kali abstrak dan kompleks. Penalaran logis, baik deduktif maupun induktif, menjadi dasar penting dalam Statistika untuk membantu mahasiswa menghubungkan teori dengan aplikasi praktis. Logika deduktif digunakan untuk menarik kesimpulan spesifik dari premis umum, sedangkan logika induktif memungkinkan generalisasi dari data sampel ke populasi. John Dewey menyebut logika sebagai alat praktis untuk mengatasi masalah, sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikannya sebagai jalan pikiran yang masuk akal dan alat untuk analisis argumen.
Dalam konteks Statistika, mahasiswa tidak hanya dituntut menghafal rumus, tetapi juga memahami prinsip dasar yang mendasari metode analisis data. Tanpa kemampuan berpikir logis, mahasiswa akan kesulitan memahami hubungan antar konsep, memilih metode analisis yang tepat, dan menginterpretasikan hasil dengan akurat.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengadopsi tiga pendekatan untuk menganalisis keterkaitan logika dengan pemahaman konsep:
1. Metode Kuantitatif: Mengukur hubungan antara cara berpikir logis dan pemahaman konsep menggunakan koefisien korelasi Pearson. Data dikumpulkan dari 120 mahasiswa Statistika melalui tes logika dan tes pemahaman konsep.
2. Metode Kualitatif: Studi kasus mendalam melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen pembelajaran. Data kualitatif mengidentifikasi pola berpikir logis mahasiswa dalam memahami konsep-konsep statistik.
3. Metode Gabungan: Mixed methods dengan desain Sequential Explanatory yang mengintegrasikan temuan kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
Temuan Penelitian Kuantitatif
Penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang kuat (r = 0,78) antara kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep. Mahasiswa dengan kemampuan logika tinggi cenderung memiliki skor lebih baik pada tes pemahaman konsep.
Kategori Kemampuan Logika: