Mohon tunggu...
Nurma Syaidah
Nurma Syaidah Mohon Tunggu... -

mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fakultas Ilmu sosial Humaniora. Jurusan Ilmu Komunikasi 2014.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Kebaikan Orangtua dan Ketulusannya

12 Desember 2014   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

kebaikan orangtua dan ketulusannya

Seburuk-buruknya orangtua kita, itu pasti untuk kebaikan anaknya. Orang tua tidak ingin membuat anaknya sengsara. orangtua jika memarahi anaknya, itu bukan berarti membenci, tapi karna mereka menyayangi anaknya dan tidak ingin anak nya berjalan dijalan yang salah. Apapun yang diinginkan anaknya, dengan kemampuan dan usaha sebisa mungkin akan di nwujudkannya. Tapi, anak malahan salah merealisasikannya. Anak mulai n=meminta lebih, lebih dan lebih tanpa melihat dari sisi usaha orangtua untuk mewujudkan keinginannya. Mereka hanya tau minta sesuatu dan kemudian harus dikabulkan. Tidak sedikit anak yang demikian terhadap orangtuanya. Mereka selalu saja meminta lebih dan lebih. Padahal yang mereka minta itu adalah berupa keinginan mereka bukan kebutuhan. Hanya berupa bentuk kesenangan yang memuaskan hawa nafsu mereka. Kebanyakan anak-anak yang seperti itu adalah anak yang berusia beranjak remaja ke tahap dewasa. Mereka masih saja merengek kepada orang tua mereka, padahal mereka sudah mempunyai kemampuan untuk membatasi permintaan mereka itu. Seperti meminta ubntuk sekedarnya sja. Contohnya untuk para mahasiswa atau anak kulliahan. Mereka bisa saja untuk saat ini bisa mengontrol keinginan mereka untuk meminta sekedarnya saja. Seperti hanya meminta uang saku dan beberapa rupiah untuk pembelian buku panduan atau sebagainya yang menyangkut proses berjalannya perkuliahan mereka. Dan itu mereka juga sudah harus mempunyai sedikit mali untuk merengek ke[ada orangtua mereka. Untung-untung orangtua mereka mampu untuk membelikan atau mewujudkan permintaan mereka itu, tapi bagaimana dengan orangtua yang pekerjaannya hanya sebagi buruh atau bisa lebih rendah dari itu, apakah mungkin orangtua itu bisa mewujudkan permintaan anaknya yang sedemikian banyaknya. Terkadang anak-anak usia seperti ini banyak yang mengerti di akhir dan banyak yang terlupa bahwasanya mereka sudah harus berfikir untuk menjadi jati diri mereka masing-masing, tidak untuk merengek kepada kesua orangtua mereka. Dan lagi, untung-untung kedua orang tua masih ada, dan bagaimana yang tidak? Itu akan lebih sulit lagi.

Dewasa ini, banyak kita lihat anak-anak yang jikalau keinginan mereka tidak diwujudkan, mereka akan melakukan tindakan yang hanya akan berdampak pada diri mereka sendiri. Seperti keluar dari rumah, mulai melakukan aksi mencuri karna tidak terpenuhi keinginannya untuk mendapatkan uang dari orangtua nya, mulai mogok makan, bolos sekolah dan lebih mementingkan kesenangan diluar bersama teman-temannya, dan lain-lain sebagainya. Hal itu seharusnya dibuang jauh-jauh oleh remaja yang ingin beranjak dewasa pada saat ini. Karna mereka sudah harus memutuskan dan memikirkan jalan untuk ke depannya. Bukan untuk menambah beban orangtua, walau terkadang ada juga orangtua yang tidak merasa terbebani dengan permintaan anaknya. Karna kebahagiaan anak mereka itu, juga adalah kebahagiaan mereka juga. Tapi, anak juga harus memikirkan dan memperhatikan, orangtua kita selalu melakukan yang terbaik untuk kita, kenapa kita tidak. Kita harus memikirkan hal itu juga sebagai anak yang sudah mulai berfikir untuk masa depannya. Apakah dia akan selalu merengek kepada orang tuanya atau akan selalu berada di bawah ketiak orangtua? Tidak mungkin kan. Setidaknya, jika kita sudah mengetahui kalau kita sudah dewasa dan tidak patut untuk merengek lagi kepada orangtua, seharusnya kita lebih memberi mereka perhatian lebih dan lebih rendah hati dan tidak mengaharapkan lebih lagi kepadaa kedua orangtua. Dan yang namanya orangtua, kalau anaknya berperilaku baik dan menjadi anak yang berbakat di kampus nya, itu otomatis akan mendorong orangtua, untuk memberikan apresiasi terhadap kita sebagai anaknya karna telah membuat bangga mereka.

Dan maka daripada itu, penulis mengajak seluruh para anak untuk menjadi anak yang sesungguhnya. Jangan lagi meminta sesuatu yang berlebihan lagi, sesuatu yang tidak bisa disanggupi langsung oleh orangtua kita. Belajarlah untuk menjadi dewasa apa adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun