Hal yang mendorong setiap orang berbuat baik atau sebaliknya salah satunya adalah rasa, meskipun banyak motif lain yang mendorong orang untuk berbuat.Â
Sungguhpun rasa antara ada dan tiada, kerapkali sebagian orang mengukur keberhasilan atau kegagalan pakai timbangan rasa.
Ketika rasa tanggung jawab tidak ada, maka seorang/sekelompok orang yang bekerja di pemerintahan maupun swasta, akan bekerja tanpa arah, tanpa tujuan dan tentu saja asal-asalan, alhasil akan merugikan negara dan perusahaan.
Ketika rasa sayang tidak ada maka orang dengan begiti mudah menyakiti orang lain bahkan menghilangkan nyawa sekalipun.Â
Ketika rasa cinta tidak ada maka orang tidak akan peduli dengan penderitaan orang lain sekalipun ada didepan mata orang butuh pertolongannya, dia tidak bergeming.
Begitu juga ketika rasa jujur mulai menipis seorang pejabat negara tidak segan mengambil harta rakyat untuk keperluan dirinya, kelompoknya dan atau keluarganya, sekalipun harta tersebut sudah diletakkan ditempat yang paling aman.
Jika rasa malu hilang, seseorang tidak segan menjual diri jadi PSK karena diiming-imingi gaji yang besar, sekalipun harga diri jadi taruhannya.
Di jabatan tertentu, orang juga tidak malu jual-beli jabatan sekalipun yang melakukan adalah orang-orang yang sangat paham tentang apa itu malu.Â
Para demonstran merusak fasilitas umum/fasum karena tidak setuju dengan kebijakan pemerintah. Ada fasum yang dibakar, dihancurkan dan lainnya, sedikitpun tidak ada rasa memiliki.
Seorang pencuri sepeda motor dibakar hidup-hidup di Probolinggo dua tahun silam, namun praktek pencurian tetap menjadi-jadi. Para pencuri tidak gentar, tidak ada rasa takut sama sekali.
Karena hilangnya rasa kemanusiaan, seorang ayah jual anak kandung seharga 10 Juta di Aceh Tamiang, 2018 silam.