Kata syiah menurut pegertian bahasa bermakna pengikut dan pembela seseorang atau suatu kelompok manusia yang bersatu padu dalam suatu perkara, maka kelompok itu disebut "kelompok syi'ah" yakni sepaham dan sependapat serta setujuan. Istilah ini sangat terkenal secara umum ketika terjadi perselisihan atau peperangan antara pihak Muawiyah dengan pihak Ali, maka sejak peristiwa itu para pengikut dan pendukung ali disebut syi'ah ali (kelompok Ali).
Istilah syi'ah sebagai suatu golongan muncul pada zaman khalifah Ali bin Abi Thalib. Golongan ini sangat fanatik kepada Ali dan keturunannya. Golongan ini terbentuk setelah terjadinya peperangan antara ali dan muawiyah, yang terkenal dengan perang siffin. Sebagaimana telah diketahui bahwa Ali bin Abi Thalib adalah sebagai pengganti khalifah yang sah, yakni khalifah Utsman bin Affan. Namun diawal kekhalifahannya sudah banyak mendapat tantanganan. Diantaranya dari Thalhah dan Zubayr dari Mekkah yang didukung oleh Aisyah, namun dalam peperangan itu Thalhah dan Zubayr mati terbunuh sedangkan Aisyah dikembalikan ke Mekkah. Menurut golongan Ahlu Sunnah Wal Jamaah kaum syiah adalah kaum Ar-Rifadhah, yaitu golongan orang-orang yang menolak, dinamakan demikian karena mereka menolak keimanan abu bakar ash-shiddiq dan umar bin affan serta mereka sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW telah menentukan Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya dengan menyebut namanya dan mengumumkannya terang terangan. Mereka juga berpendapat bahwa banyak sahabat Nabi SAW telah sesat, karena mereka meninggalkan ajaran dan amalan yang diperintahkannya, setelah Rasulullah wafat.
(http://pendididkanislamblogaddress.blogspot.com/2015/10/perkembangan-dan-pemikiran-syiah)
Syi'ah sendiri memiliki banyak doktrin yang dianutnya. Salah satu diantaranya yaitu doktrin taqiyyah. Doktrin taqiyah sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti takut, sedangkan secara terminologi adalah sebuah istilah islam yang merujuk kepada praktek dan kepercayaan, penyangkalan, atau pembatahan keagamaan dalam menghadapi penganiyaan. Istilah lainnya untuk istilah itu adalah khitman (artinya "bertindak menutup-nutupi, menyangkal") dan memiliki pengertian yang lebih spesifik untuk penyangkalan dengan secara diam. Sehingga menjadikan doktrin taqiyah ini sebagai salah satu doktrin yang berbahaya dalan ajaran islam syi'ah.
Praktek tersebut dilakukan dalam islam syi'ah, para penganutnya diijinkan untuk menyembunyikan agama mereka ketika berada dibawah penganiayaan atau tekanan. Namun praktek tersebut juga diijinkan dalam islam sunni saat dalam keadaan tertentu. Taqiyah awalnya dilakukan dipraktekkan oleh beberapa sahabat Nabi SAW saja. Namun praktek ini kemudian menjadi penting bagi syi'ah karena pengalaman mereka sebagai minoritas keagamaan yang dianiaya. Menurut syi'ah doktrin taqiyah ini diperbolehkan baik dalam keadaan berbahaya yang mengancam nyawa, harta benda maupun juga tidak dalam keadaan berbahaya.
Kemudian taqiyah menjadi ajaran penting dalam syi'ah. Sampai akhirnya para tokoh syi'ah banyak yang membuat riwayat palsu atas nama ahlul bait, yang bertujuan untuk memotivasi umat syi'ah agar melakukan taqiyah. Taqiyah mereka jadikan prinsip hidup yang tidak terpisahkan dari ajaran syi'ah. Berikut beberapa contoh riwayat palsu tentang pentingnya taqiyah yang dibuat atas nama ahlul bait :
- Pertama, taqiyah adalah bagian dari agama; Menurut Al-Kulaini, salah satu tokoh syiah ini meiwayatkan dari dari Ja'far As- Shadiq yang memiliki arti sebagai berikut : "taqiyah bagian dari agamaku dan agama bapak-bapakku. Tidak ada iman bagi orang yang tidak melakukan taqiyah." [Ushul Al-Kafi 2/217, Biharul Anwar 75/423, dan Wasail Syiah 11/460]
- Kedua, taqiyah merupakan akhlak yang paling mulia. Dalam Al-Ushul Al-Ashliyah, At-Thusi meriwayatkan dari imam Al-Baqir, yang berarti : "Akhlak paling mulia dari para imam dan orang-orang penting dari kelompok kami adalah melakukan taqiyah". Kemudian, dalam kitab Al-mahasin, dari Habib bin Basyir dari Abu Abdillah : "Demi Allah, tidak ada dimuka bumi ini, sesuatu yang lebih aku cintai melebihi taqiyah. Wahai habib, orang yang melakukan taqiyah, akan Allah angkat derajatnya. Wahai habib, siapa yang tidak melakukan taqiyah akan Allah rendahkan derajatnya".
- Ketiga, taqiyah hukumnya wajib, meninggalkan taqiyah sama dengan meninggalkan shalat. Tokoh syiah Ibnu Babawaih mengatakan, "keyakinan kami tentang taqiyah, bahwa taqiyah itu wajib. Siapa yang meninggalkan taqiyah, seperti orang yang meninggalkan shalat" (Al-I'tiqat, halaman 114). Untuk mendukung keterangannya, dia tidak malu untuk berdusta atas nama Nabi SAW, dengan menyantumkan hadis palsu,
"Orang yang meninggalkan taqiyah, sama dengan orang yang meninggalkan shalat."
(http://www.syiahindonesia.com/2018/01/inilah-doktrin-dari-aliran-syiah-yang.html)
Ketika bohong menjadi kebiasaan hidup seseorang atau menjadi prinsip hidup seseorang. Anda tentu yakin, orang ini akan selalu diwaspadai oleh rekan dan lingkungannya. Karena dia bisa menipu siapapun, kapanpun dan di manapun.
Bagi syiah, taqiyah (baca: berbohong) tidak semata menjadi prinsip hidup. Lebih dari itu, mereka meyakini, taqiyah merupakan amal sholeh yang menjadi sumber pahala. Berbohong demi syiah mereka anggap sebagai amal ibadah mulia yang akan meningkatkan derajatnya.
Mereka bisa memiliki 1000 wajah untuk mengelabuhi masyarakat tentang siapakah sejatinya syiah. Mereka bisa berdusta dan berbohong, kapanpun dan dimanapun, demi pencitraan syiah. Mereka bisa berbohong untuk membangun opini positif di mata publik tentang Iran. Mereka tidak segan berdusta, untuk menarik simpati kaum muslimin terhadap syiah. Mereka bisa berdusta untuk menciptakan kesan, syiah adalah kelompok minoritas yang tertindas. Mereka juga tidak segan berdusta, menampakkan perlawanan terhadap Zionis yahudi di mata dunia, meskipun sejatinya mereka sendiri seperti yahudi.