Pendidikan anak usia dini adalah fondasi yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan kemampuan anak. Namun, bagaimana jika pendidikan ini berlangsung di daerah terpencil yang minim fasilitas? Perjuangan para guru PAUD di pelosok Indonesia menjadi kisah inspiratif contohnya seperti sosok  Dwi Cahya Ningsih yang kisahnya layak untuk diangkat.
Membawa Pendidikan dari Nol
Dwi Cahya Ningsih, atau yang akrab disapa Ningsih, adalah perempuan dari Desa Air Kelubi, Kabupaten Bintan. Dengan latar belakang pendidikan hanya tingkat SD, Ia berani memulai langkah besar untuk membawa pendidikan ke desanya. Dimana tempat tersebut belom ada lembaga pendidikan untuk anak usia dini, Ningsih berinisiatif mendirikan kelompok belajar untuk anak-anak di masjid setempat.
Namun, usaha ini tidak mudah. Warga desa awalnya meragukan niat dan kemampuannya, terlebih ia mengajar di masjid. Ketikan kritikan datang bertubi-tubi Ningsih nyaris menyerah. Namun dukungan sang suami, menjadi pendorong untuk tetap bertahan. Bersama-sama mereka merubah rumah panggung mereka menjadi ruang kelas sederhana demi memberikan ruang belajar yang lebih layak bagi anak-anak.
Kreativitas di Tengah Keterbatasan
Minimnya fasilitas dan alat peraga tidak memadamkan semangat Ningsih. Ia menggunakan bahan-bahan alam, seperti daun, kerang, dan kardus sebagai media  pembelajaran. Kreatifitas ini  juga bisa menanamkan nilai-nilai pemanfaatan lingkungan.
Meskipun tanpa bayaran, Ningsih tidak pernah berhenti mengajar. Bahkan, Ia rela menempuh perjalanan enam jam ke rumah istri Bupati Bintan demi meminta dukungan untuk mendirikan gedung PAUD. Perjuangan ini akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya gedung PAUD pertama di desa tersebut dengan bantuan pemerintah.
Tidak hanya berhenti di pendidikan PAUD, Ningsih juga mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) untuk menyediakan paket A, B, dan C bagi warga yang belom sempat menempuh pendidikan formal. Berkat kegigihannya, ia berhasil menyebarkan "virus pendidikan".Â
Dwi Cahya Ningsih membuktikan bahwa pendidikan bemutu dapat terwujud meski dengan fasilitas minim, selama ada niat tulus dan usaha keras. Kisahnnya tidak hanya menjadi inspirasi, tetapi juga pengingat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan pendidikan dapat membuka peluang lebih baik bagi generasi berikutnnya.
Sumber: https://m.batamtoday.com