Hakikat Alih Wahana SastraÂ
Alih wahana merupakan proses pengalihan dari satu jenis "kendaraan" ke jenis "kendaraan" yang lain. "Kendaraan" yang dimaksud adalah suatu karya seni yang dapat mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain.
Menurut Sapardi Djoko Damono, alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam pembagian sebelumnya telah disinggung bahwa karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi jenis kesenian lain. Membanding-bandingkan karya sastra seperti novel yang beralih wahana ke film merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat sastra.
Alih wahana pada hakikatnya tidak dapat lepas dari hubungan-hubungan antarmedia (Damono, 2018: 9). Menurut Damono, pemahaman tentang konsep media dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Hakikat intermedialitas, merupakan sesuatu yang menjadikan dasar bahwa yang penting memahami apa saja yang berbeda dalam berbagai media itu dan bagaimana perbedaan-perbedaan itu dijembatani. Pemahaman mengenai media itu apa dan apa sebenarnya hubungan intermedia itu memiliki implikasi penting dalam studi tentang seni dan media: sinema, ilustrasi, puisi, dan sebagainya.
2. Medium, dapat dikatakan sebagai saluran bagi mediasi informasi dan hiburan. Seni atau pun sastra tidak hanya mencakup satu jenis media, tetapi berbagai jenis yang berkaitan dengan alih wahana. Sebagai contoh, puisi misalnya. Puisi merupakan jenis media, karena jenis karya sastra ini termasuk seni. Ketika puisi dijadikan musik, ia beralih wahana dan karenanya mengalami perubahan sesuai dengan wahananya yang baru. Dari hal ini, setiap media merupakan kumpulan wahana.
3. Pertunjukan, merupakan media; di dalamnya kita dapatkan juga jenis media seperti musik ataupun tulisan hingga film.
4. Mode, merupakan cara mengerjakan sesuatu. Dalam studi media dan linguistik, terkadang mode mengacu pada kombinasi teks, imaji, bunyi, dan terkadang juga mengacu pada kombinasi indera manusia yaitu, penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan sebagainya.
Pada hakikatnya, jika berbicara tentag alih wahana tidak terlepas dari konsep tersebut. Peralihan wahana pada batas tertentu berarti juga peralihan mode; dalam artian alih wahana akan memberi keleluasaan pada kita untuk menemukan dan menguraikan masalah yang sebelumnya tidak disadari pentingnya. Adapun istilah yang dapat dikenal dalam alih wahana sastra antara lain: ekranisasi (alih wahana seni atau sastra ke film), musikalisasi (alih wahana puisi menjadi musik), dramatisasi (pengubahan karya seni menjadi drama), dan novelisasi (mengubah film menjadi novel) (Damono, 2018:12).
 Tujuan Alih Wahana SastraÂ
Pada perkembangan sastra, sudah sangat lumrah kita jumpai bahwa satu jenis karya sastra mengambil karya sastra lain sebagai sumbernya. Sejalan dengan arus perkembangan teknologi dan media yang semakin canggih, proses tersebut semakin menonjol dalam kegiatan kreatif seniman yang menimbulkan pemahaman baru tentang alih wahana.