Mohon tunggu...
nurma jamil
nurma jamil Mohon Tunggu... -

setiap manusia punya kekurangan dan kelebihan dan saya tidak luput dari itu juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Back to Nature

15 November 2014   02:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembali ke alam merupakan pilihan alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat terutama dalam bidang pengobatan. Penggunaan tanaman berkhasiat obat atau lebih umumnya di kenal dengan herbal sebenarnya sudah lama di gunakan oleh masyarakat.Hanya saja perkembangan kedokteran modern barat membuatnya hanya sebagai alternatif pilihan saja atau merupakan pelarian pada saat obat-obatan tidak mampu lagi menyembuhkan penyakit yang di derita. Padahal sudah banyak bukti keampuhan dan khasiat herbal. Disamping lebih ekonomis, herbal juga mempunyai efek samping yang sangat kecil. Walaupun demikian masih banyak masyarakat kita yang masih meragukan khasiat herbal.
Padahal ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa herbal tidak bekerja dengan efektif yaitu karena penyajian yang salah, waktu minum yang tidak tepat, dosis yang tidak tepat, dan ketidaksabaran pemakainya sebagaimana di ketahui sekarang masyarakat lebih memilih yang instan atau serba cepat dan akhirnya kemudian berkibat fatal bagi kesehatan mereka sendiri dan itulah faktor-faktor yang menyebabkan herbal tidak efektif. Menurut Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya “Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit” menyebutkan hal-hal yang harus di perhatikan dalam mengkonsumsi herbal sebagai berikut:
1.    Cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir sampai bersih.
2.    Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan. Jika bahannya besar atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat perebusan zat-zat yang terkandung didalamnya mudah keluar dan meresap dalam air rebusan. Untuk herbal yang disimpan keringkan terlebih dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan kering (simplisia) juga lebih mudah di haluskan untuk di jadikan serbuk (bubuk). Pengeringan dapat langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga di angin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau kandungan airnya.
3.    Seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk (serbuk) dengan air panas atau mendidih.
4.    Untuk bahan yang keras dan sukar di estrak , sebaiknya hancurkan dan rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit sebelum memasukkan bahan lain.
5.    Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus, pastikan jumlahnya cukup sehingga seluruh bahan berkhasiat obat terendam sekitar 3 cm.
6.    Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah yang terbuat dari periuk tanah (keramik), panci enamel, atau panci beling . Jangan menggunakn wadah dari logam, seperti besi, aluminium, dan kuningan. Karena logam mengandung zat iron trichloride dan potassium ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air dalam mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak mudah hilang. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang di rebus. Api kecil : gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai tonikum, seperti ginseng dan jamur ling zhi agar kandungan aktifnya terserap kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam). Api kecil dengan waktu perebusan yang lama juga digunakan untuk herbal yang mengandung toksin, sepertii mahkota dewa agar kandungan toksinnya berkurang.

Okey.. Semoga posting kali ini dapat bermanfaat bagi para pembaca...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun