Mohon tunggu...
Nurma Ayuningtyas
Nurma Ayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sabar dan Syukur sebagai Dua Pilar Penting Akhlak dan Tasawuf

12 Oktober 2024   16:22 Diperbarui: 12 Oktober 2024   16:41 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut ajaran tasawuf, kesabaran dan syukur merupakan dua komponen penting yang menjadi pilar utama dalam pembentukan akhlak mulia. Sebagai jalan spiritual Islam, tasawuf mengajarkan keseimbangan antara rasa syukur atas apa yang telah diberikan Tuhan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup. Kedua sifat ini saling melengkapi dan membentuk hubungan yang erat antara manusia dengan Tuhannya. Ketika kita hidup di zaman yang serba cepat ini, seringkali kita mengabaikan pentingnya kesabaran dan rasa syukur. Kedua hal ini sangat penting untuk memiliki kedamaian batin dan kehidupan yang lebih bermakna.

Sabar saat menghadapi tantangan. Menurut para sufi, sabar adalah cara untuk membersihkan hati dari keinginan duniawi dan mendapatkan ridha Allah. Sabar adalah cara untuk mencapai derajat spiritual yang tinggi, menurut Imam Al-Ghazali, salah satu tokoh penting dalam tasawuf. Dalam tasawuf, sabar dapat dibagi menjadi tiga jenis: sabar dalam mengikuti perintah, sabar dalam menghindari perbuatan jahat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 153 juga dijelaskan tentang sabar: "Hai orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan berdoa. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat ini menegaskan bahwa kesabaran adalah cara untuk mendapatkan pertolongan dan keberkahan dari Tuhan. 

Jika kesabaran membantu menahan diri dalam menghadapi cobaan, maka syukur adalah salah satu cara mengakui dan mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan. Tasawuf melihat rasa syukur sebagai cara untuk mengakui bahwa kita lemah dan bahwa Tuhan lebih besar dari kita. Seorang sufi tidak hanya bersyukur ketika mendapat manfaat, namun juga ketika menghadapi kesulitan. Dalam tasawuf, rasa syukur dibagi menjadi tiga tingkatan: syukur dengan hati, syukur dengan lidah, dan syukur dengan perbuatan. Dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 7, Allah berfirman: "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka niscaya siksa-Ku akan sangat berat."

Sabar dan syukur, meskipun tampak bertolak belakang, sesungguhnya saling melengkapi dan membentuk keseimbangan dalam kehidupan spiritual seorang sufi. Dalam tasawuf, keduanya dipandang sebagai dua sisi dari koin yang sama: ketika seseorang mampu bersabar dalam ujian, ia akan mampu bersyukur dalam kenikmatan. Sabar melatih jiwa untuk bersikap rendah hati dan mengakui bahwa setiap kesulitan adalah bagian dari rencana Allah. Di sisi lain, syukur melatih kita untuk tidak terjebak dalam kelalaian dan menyadari bahwa setiap nikmat adalah anugerah dari Allah. Dengan demikian, seorang sufi yang mencapai keseimbangan antara sabar dan syukur akan mencapai ketenangan batin dan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Dua pilar utama akhlak tasawuf yaitu sabar dan syukur, sangat penting untuk membentuk karakter seorang muslim. Sementara syukur menanamkan rasa terima kasih atas segala nikmat yang diberikan Allah, sabar mengajarkan keteguhan hati dalam menghadapi ujian. Jika digunakan dengan benar, kedua sifat ini akan membawa seseorang ke derajat spiritual yang tinggi, serta ketenangan jiwa dan kebahagiaan yang abadi. Dalam perspektif tasawuf, kesabaran dan rasa syukur bukan sekadar tindakan ritual; mereka juga merupakan bukti ketaatan penuh kepada Allah dan bentuk kedekatan langsung dengan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun