Mohon tunggu...
Nurlya Hilyati
Nurlya Hilyati Mohon Tunggu... -

Mahasiswi STIKOM Bandung 2017 :) "Hidup itu pilihan, berusahalah menjadi lebih baik selagi bisa"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah "Bully" Itu Biasa?

7 Agustus 2018   13:46 Diperbarui: 9 Agustus 2018   12:27 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai bahan pembicaraan orang lain itu memiliki banyak efek kepada pribadi sendiri. Omongan omongan yang positif pastinya akan membentuk sesorang merasa berguna untuk orang lain, apabila omongan itu negatif pasti akan membuat seseorang tersebut menjadi rendah diri, karena apa yang dilakukannya tidak bisa membuat orang lain senang.

Omongan negatif (bullying) sudah amat sering dijumpai di kehidupan kita saat ini. Bully secara langsung ataupun lewat media sosial sudah menjadi hal yang wajar di hidup kita.

Korban bully biasanya karena memiliki perbedaan dengan orang lain atau keterbatasan.  Korban bully juga sering kali merasa  tertekan akibat pelaku  bully, bahkan korban bully ada yang sampai melakukan bunuh diri akibat rasa tertekan yang begitu dalam.

Para pelaku bully memang hanya melihat kekurangan seseorang tanpa melihat kelebihan, itulah mengapa korban selalu rendah diri.

Mental korban bully sering terganggu akibat ucapan-ucapan yang tidak pantas diucapkan. Para korban bully ada juga yang masih di bawah umur, itulah yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Anak di bawah umur tidak pantas menerima bully dari orang lain seperti dari teman sebaya ataupun dari yang lebih dewasa. Anak di bawah umur masih perlu dibimbing bukan dibully. Ketika seorang anak di bawah umur melakukan sesuatu diluar perilaku umurnya seharusnya diberikan nasihat dan arahan yang baik agar mereka tau mana tindakan yang salah dan benar.

Orang tua juga memiliki peran penting untuk terus memantau anak-anaknya yang masih di bawah umur agar tidak melakukan hal di luar batas umurnya.

Seseorang yang mengalami bully akan susah berbaur dengan orang lain karena takut akan dibully atas setiap hal yang dilakukan. Hal inilah yang mendorong anak-anak cenderung pasif di sekolah dan memilih untuk tetap berada di rumah saja.

Kemampuan seseorang sebenarnya tidak diukur dari apa yang terlihat saja, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dengan yang lainnya. Kemampuan tersebut seringkali belum terlihat oleh mata saja padahal kemampuan itu ada.

Kemampuan dari dalam diri seseorang lah yang membedakan dirinya dengan orang lain. Bully memang berawal dari hal-hal yang kecil, yang bagi sebagian orang sudah biasa dilakukan, contohnya saja ketika seseorang mengatakan " dasar kamu bodoh", itu sebenarnya adalah kalimat bullyan yang dianggap sudah biasa.

Orang yang mengatakan itupun seringkali tidak sadar bahwa kalimat yang diungkapkan adalah kalimat bully. jika sedari dini kita membiasakan menghilangkan atau mengontrol kata kata tersebut, tindakan bully bisa dicegah. Sesuatu hal yang buruk di anggap baik karena terus dilakukan berulang-ulang tanpa mau menelaah sesuatu tersebut, sehingga hal itu menjadi hal biasa apabila diucapkan.

Sakit yang dirasakan oleh para korban bully akan sulit diatasi bila mereka sering mengalami bully. Jika sakit tubuh bisa diobati ketika pergi ke dokter dan beristirahat yang cukup, lain halnya dengan sakit dari bullyan orang lain.

Sakit ini akan terus dirasakan dan selalu diingat sampai kapanpun. Memori akan selalu mengingat kejadian kejadian pahit yang diterima saat menjadi korban bully. Bandingkan saja seorang anak yang ceria dengan anak yang pendiam.

Anak yang pendiam seringkali karena ada sesuatu yang dipendam di dalam hatinya, anak yang pendiam seharusnya bisa memiliki banyak teman jika mereka menghilangkan sifat tertutupnya kepada orang lain, anak pendiam sering disimpulkan tidak mempunyai teman karena ketertutupannya pada orang lain.

Sedangkan anak yang ceria dipandang sebagi anak yang pandai bergaul dengan orang lain, itu ditunjukkan karena sifat terbukanya kepada orang lain. itulah perbedaan yang sering kita lihat di keseharian kita.

"Orang pendiam bisa jadi karena mengalami bully".

Dugaan-dugaan seperti itu masih berkembang di masyarakat, hal itu bukan tanpa alasan melainkan memang banyak bukti yang menguatkan dugaan itu. 

Apakah mental seseorang yang mengalami bully bisa diperbaiki?"

Pertanyaan itu banyak dipikirkan oleh orang tua yang anaknya mengalami bully. Sebenarnya anak yang pernah jadi korban bully memiliki potensi dan kemauan untuk bangkit, jadi para orang tua harus senantiasa membantu meyakinkan mereka agar trauma bullying bisa diatasi. jangan bully orang lain, jika dirimu sendiri juga tak mau dbully ingatlah kalimat itu agar kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun