Mohon tunggu...
Nurlita Julfa fitria
Nurlita Julfa fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca buku novel saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Gerakan Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII)

27 Desember 2023   04:07 Diperbarui: 27 Desember 2023   04:13 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) merupakan sebuah gerakan yang dibentuk dengan tujuan untuk merubah ideologi negara indonesia menjadi negara islam. Gerakan ini didirikan oleh Sekarmaji Maridjan Kartosoewiryo. Gerakan ini merupakan salah Satu gerakan yang menyita energi Bangsa Indonesia. Pemberontakan ini Paling lama berlakunya, dengan jumlah dan Luas wilayah yang terjangkau pengaruhnya Cukup besar. Tak berhenti pemerintah Republik berupaya menyelesaikan dan Menumpas pemberontakan Darul Islam ini, Baik melalui pendekatan diplomasi maupun militer. Yang terjadi pada kurun waktu  14 Januari 1948 sampai 4 Juni 1962.


Latar belakang terbentuknya DI/TII


Terbentuknya DI-TII berawal dari Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian ini berisi perintah pengosongan wilayah Negara Indonesia oleh tentara dan laskar bersenjata hingga ke belakang garis demarkasi Van Mook. Dua tokoh pejuang Islam Jawa Barat yaitu Panglima Laskar Sabilillah Raden Oni Syahroni beserta pemimpin dan pendiri Institut Suffah, SM Kartosoewirjo bertemu dengan hati penuh kecewa. Mereka menyayangkan keputusan dari Perjanjian Renville yang dinilai mereka sangat merugikan Rakyat Jawa Barat karena wilayah Jawa Barat tidak terlindungi oleh tentara Divisi Siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta. Atas dasar itu, Oni dan Kartosoewirjo menggelar konferensi pemimpin umat Islam se Jawa Barat di Desa Pamedusan, Cisayong, Tasikmalaya pada tanggal 10-11 Februari 1948, pada konferensi inilah cikal bakal Negara Islam Indonesia mulai terbentuk. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan gerakan DI-TII, diantaranya yaitu melalui jalur diplomasi dan jalur penumpasan.Jalur diplomasi dimulai pada tanggal 24 Mei 1950, tokoh yang berperan sebagai perantara dari pihak Republik adalah Wali Alfatah dari bagian politik Departemen Dalam Negeri dan beliau juga merupakan seorang Bupati, beserta tiga orang pembantunya yaitu Tasik Wira, Muslikh dan Zainuddin. Mereka diperlakukan sebagai tamu istimewa, namun upaya diplomasi tersebut gagal karena pendirian keras Kartosoewirjo. Jalur penumpasan dilakukan oleh tentara Divisi Siliwangi melalui perintah langsung dari KSAD Jenderal Mayor A.H. Nasution, operasi penumpasan ini dikenal sebagai Operasi Pager Betis yang dilancarkan dari tahun 1958 - 1962. Pada akhirnya Operasi Pager Betis menuai keberhasilan dengan ditangkapnya Kartosoewirjo pada tanggal 4 Juni 1962 di kaki gunung Geber, daerah Kamojang Majalaya, Jawa Barat. Maka dengan itu berakhirlah kepemimpinan Kartosoewirjo di organisasi DI-TII, beliau dihukum mati pada tanggal 16 Agustus 1962. Peristiwa pemberontakan DI/TII ini berpusat di Jawa Barat, lalu menyebar ke berbagai daerah lain seperti Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Tujuan Berdirinya DI/TII

Gerakan Darul Islam (DI) merupakan gerakan politik yang terjadi pada awal tahun 1948. Gerakan ini mempunyai pasukan yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII), sehingga pemberontakan ini sering disebut dengan DI/TII. Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, gerakan DI/TII memiliki tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia


Upaya pemerintah untuk membubarkan DI/TII


1. Pendekatan diplomasi yang
Dijalankan sejak dari pemerintahan Perdana Mentri Hatta, Natsir hingga Sukiman nampaknya adalah sebuah upaya yang hampa, selalu berujung pada kegagalan.Beberapa kegagalan disebabkan karena kurangnya dukungan dari kalangan militer.Terdapat kecurigaan dari pihak militer terhadap kelompok Islam, dalam hal ini Masyumi yang dipimpin oleh Natsir, bahwa partai ini memiliki kesamaan politis yang paralel dengan NII. Selain itu tampak ada ketidaksabaran dari kalangan militer untuk Segera menyelesaikan masalah Darul Islam Dengan jalan kekerasan.
2. Pendekatan Militer pendekatan militer, dengan langkah-langkah yang lebih tegas melalui berbagai operasi militer. Pada awalnya operasi-operasi milter ini masih bersifat insidentil, lokal, tanpa program yang sistematis dan pihak militer pun masih belum menemukan taktik yang jitu untuk menghadapi Tentara Islam. Hingga akhirnya operasi Pagar Betis dan taktik antigerilya menjadi pengantar keberhasilan TNI dalam menumpas pemberontakan DI/TII. Kartosoewirjo berhasil ditangkap di gunung Geber Majalaya Jawa Barat dan dijatuhi hukuman mati.

Penulis : Kelompok 7
Nurlita Julfa Fitria, Nadhira Aqillahaya, dan Ahmad Ridho


Sumber : Soraya Abdurahman, Jalan Panjang Penumpasan Pemberontakan DI/TII Jawa Barat, 1949 --1962. Jurnal Middle East and Islamic Studies Vol. 6 1 Januari-Juni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun