Mohon tunggu...
Nurlinda Azis
Nurlinda Azis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pembelajaran dari Pembangunan Masjid di Kawasan Kristen Manado

6 Januari 2025   16:22 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Barang siapa menyakiti seorang non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka aku akan menjadi lawannya pada hari kiamat."
Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati, menghargai, dan menerima keberagaman keyakinan serta praktik keagamaan di dalam suatu masyarakat. Dalam konteks ini, setiap individu diberi kebebasan untuk menjalankan keyakinan agamanya tanpa adanya paksaan, diskriminasi, atau gangguan dari pihak lain. Toleransi beragama tidak berarti seseorang harus melepaskan keyakinannya atau menyetujui semua ajaran agama lain, tetapi lebih kepada menerima keberadaan perbedaan tersebut sebagai bagian dari kehidupan bersama.
Toleransi beragama telah menjadi salah satu pilar penting dalam membangun kehidupan berbangsa yang harmonis di Indonesia. Di tengah keberagaman budaya, suku, dan agama yang menghiasi negeri ini, sikap saling menghormati dan menerima perbedaan menjadi kunci utama terciptanya kerukunan antarumat beragama. Hal ini tercermin dalam peristiwa yang terjadi di Manado, Sulawesi Utara, di mana warga Kristen memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan masjid di kawasan mayoritas mereka. Fenomena ini tidak hanya menjadi cermin toleransi tetapi juga menggambarkan bagaimana masyarakat majemuk dapat hidup berdampingan dalam harmoni. Pembangunan masjid di kawasan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai toleransi masih hidup dan berakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia.
Keputusan warga Kristen di Manado untuk mendukung pembangunan masjid mencerminkan pemahaman mendalam akan pentingnya kebebasan beragama sebagai prinsip dasar kehidupan bermasyarakat. Lebih dari sekadar memberikan izin, warga Kristen secara aktif ikut berkontribusi, baik melalui donasi maupun tenaga. Hal ini memperlihatkan tingkat kepedulian dan solidaritas yang tinggi, melampaui sekadar toleransi pasif menjadi tindakan nyata yang mempererat hubungan antaragama. Fenomena ini menunjukkan bahwa keberagaman, jika dipahami dan dihormati dengan baik, tidak harus menjadi sumber konflik. Sebaliknya, keberagaman dapat menjadi pondasi kokoh untuk membangun kebersamaan dan solidaritas.
Sikap positif yang ditunjukkan oleh warga Kristen di kawasan tersebut didasari oleh beberapa faktor fundamental. Pertama, mereka memahami bahwa hak atas kebebasan beragama adalah hak konstitusional yang harus dihormati oleh setiap individu. Kedua, semangat kebersamaan yang telah lama menjadi bagian dari budaya lokal mendorong mereka untuk melihat pembangunan masjid sebagai kebutuhan sosial yang tidak mengancam keberadaan agama lain. Ketiga, pengalaman panjang hidup berdampingan dalam masyarakat multikultural telah membentuk kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga harmoni. Pemahaman ini, yang didukung oleh sikap terbuka dan inklusif, menjadi landasan kokoh bagi terciptanya hubungan yang saling menghormati.
Keberhasilan pembangunan masjid ini juga tidak terlepas dari peran umat Islam yang menggunakan pendekatan persuasif. Komunikasi yang baik menjadi kunci utama dalam membangun kepercayaan. Dialog yang terbuka, transparansi dalam proses pembangunan, serta pelibatan masyarakat sekitar membantu menghilangkan potensi kecurigaan atau ketidaknyamanan. Selain itu, para tokoh agama dari kedua belah pihak berperan aktif dalam memfasilitasi diskusi, memberikan edukasi tentang pentingnya toleransi, dan menciptakan suasana yang kondusif bagi tercapainya kesepakatan bersama. Pendekatan ini menunjukkan bahwa keharmonisan beragama dapat dicapai melalui komunikasi yang baik, kerja sama, dan sikap saling memahami.
Ajaran agama juga berperan penting dalam mendukung terciptanya toleransi. Dalam Islam, prinsip toleransi tercermin dalam berbagai ayat Al-Qur'an, seperti Surat Al-Baqarah ayat 256 yang menyatakan bahwa "Tidak ada paksaan dalam agama" dan Surat Al-Hujurat ayat 13 yang mengajarkan bahwa manusia diciptakan beragam agar saling mengenal dan menghormati. Ayat-ayat ini memberikan dasar teologis bagi umat Islam untuk menjunjung tinggi keberagaman dan membangun hubungan yang harmonis dengan pemeluk agama lain. Dalam konteks ini, penghayatan mendalam terhadap nilai-nilai agama tidak hanya mendorong sikap toleran tetapi juga memperkuat komitmen untuk menjaga keharmonisan.
Pembangunan masjid di kawasan Kristen Manado memberikan dampak positif yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Selain menjadi simbol toleransi, masjid ini juga menjadi pusat aktivitas sosial yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama. Program-program sosial yang diinisiasi dari masjid, seperti bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan kegiatan lingkungan, semakin mempererat hubungan antarumat beragama. Kehadiran masjid ini menciptakan ruang untuk saling mengenal lebih dalam, menguatkan solidaritas, dan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga keberagaman.
Namun, menjaga keharmonisan ini memerlukan upaya berkelanjutan. Dialog antaragama perlu terus digalakkan untuk menghilangkan prasangka dan memperkuat rasa saling percaya. Pendidikan tentang toleransi harus dimulai sejak dini, baik melalui kurikulum formal di sekolah maupun melalui program-program komunitas. Kegiatan bersama seperti perayaan hari besar nasional, gotong royong, dan bantuan sosial juga dapat menjadi sarana efektif untuk mempererat hubungan antarumat beragama. Selain itu, media memiliki peran strategis dalam menyebarluaskan contoh-contoh positif tentang toleransi, sehingga dapat menginspirasi masyarakat lain untuk mencontoh praktik baik ini.
Kasus pembangunan masjid di kawasan Kristen Manado menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Toleransi yang ditunjukkan oleh warga Kristen menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak harus menjadi penghalang untuk hidup berdampingan. Sebaliknya, keberagaman dapat menjadi kekuatan yang memperkaya kehidupan bersama. Dengan sikap saling menghormati, mendukung, dan bekerja sama, masyarakat Indonesia yang majemuk dapat terus menjaga persatuan dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa toleransi bukan hanya soal menerima, tetapi juga tentang berkontribusi secara aktif dalam membangun harmoni di tengah perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun