Mohon tunggu...
NURLIA AGUSTIN
NURLIA AGUSTIN Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo saya adalah mahasiswa yang memiliki hobi membaca artikel, dan membuat prakarya.

Selanjutnya

Tutup

Love

Mengenal Apa Itu "5 Stages of Grief"

21 Juli 2024   13:35 Diperbarui: 21 Juli 2024   13:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Ketika seseorang mengalami kehilangan, seperti kematian orang tersayang, kegagalan, perpisahan, atau peristiwa traumatis, seseorang pasti mengalami kesedihan yang dalam. Kesedihan merupakan suatu kejadian alami yang dirasakan oleh seseorang yang sedang berduka. Kesedihan sendiri merupakan suatu proses dalam penyembuhan emosional yang merupakan bagian dari 5 Stages Of Grief atau 5 tahap kesedihan.

Tahap-tahap kesedihan merujuk pada serangkaian emosi yang dialami oleh seseorang ketika mengalami peristiwa yang merugikan atau menyedihkan. Pertama kali dicetuskan oleh seorang psikiater sekaligus penulis asal Amerika-Swiss, Elisabeth Kbler-Ross dalam bukunya yang berjudul "On Death and Dying" pada tahun 1969. Dalam buku itu dikatakan bahwa terdapat 5 tahap kesedihan atau 5 stages of grief. Kelima tahapan itu meliputi penolakan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).

1. Penyangkalan (Denial)

Tahap penyangkalan (denial) sering kali menjadi reaksi awal terhadap kehilangan atau peristiwa merugikan. Penyangkalan merupakan mekanisme pertahanan yang membuat seseorang sulit menerima kenyataan. Di tahap ini, seseorang akan menolak fakta bahwa hal buruk baru saja terjadi padanya, ini membantu mengurangi beban emosional secara sementara, dan memungkinkan pikiran untuk menyesuaikan diri dengan realitas yang menyakitkan. Seiring berjalannya waktu, seseorang yang mengalami hal tersebut akan perlahan menerima kondisi yang ada dan melewati tahap penyangkalan.

2. Marah (Anger)

Setelah penyangkalan mulai memudar dan realitas mulai diterima, muncul rasa marah. Kemarahan ini bisa diarahkan kepada diri sendiri, orang lain, atau situasi yang dianggap menjadi penyebab kehilangan. Pada tahap marah (anger), seseorang mungkin merasakan ketidakadilan atas hal yang terjadi sekaligus marah karena tidak memiliki kendali untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan baru. Tahap ini berguna untuk membantu seseorang melepaskan emosi yang terpendam, meskipun kadang dapat menyebabkan konflik atau ketegangan dengan orang lain.

3. Menawar (Bargaining)

Pada tahap menawar (bargaining), seseorang akan mulai menegosiasikan atau menawarkan apapun untuk bisa menghindari rasa sakit akibat peristiwa merugikan. Biasanya, seseorang akan meminta penawaran atau membuat janji kepada kekuatan yang lebih besar berharap untuk membalikkan situasi atau mendapatkan lebih banyak waktu. Saat memasuki fase ini, tak jarang seseorang akan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri, seperti "Kalau saja waktu itu aku enggak melakukan itu? mungkin dia masih bisa bersamaku."

4. Depresi (Depression)

Pada tahap depresi (depression), seseorang akan mengalami periode kesedihan yang mendalam dan berat. Berbeda dengan fase marah yang cenderung meledak, fase depresi cenderung tertutup. Sering kali orang yang sedang mengalami fase ini mungkin menarik diri dari kehidupan sosial, merasa putus asa, dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tahapan ini juga sering kali disertai dengan masalah fisik seperti nyeri pada bagian badan, dan perubahan pola tidur serta makan.

5. Penerimaan (Acceptance)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun