Mohon tunggu...
nurlelalela
nurlelalela Mohon Tunggu... Aktor - mahasiswi

halo

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Transformasi Perilaku Finansial Generasi Z di Era Digital

4 Januari 2025   16:16 Diperbarui: 4 Januari 2025   16:14 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://greatnusa.com/article/pengertian-transformasi-digital

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan kelompok yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan pesat teknologi digital. Hal ini memberikan mereka karakteristik unik, terutama dalam cara mereka mengelola keuangan dan berinteraksi dengan dunia ekonomi. Teknologi tidak hanya membentuk cara mereka berkomunikasi, tetapi juga memengaruhi keputusan finansial, preferensi konsumsi, dan pola investasi.

Dalam era digital, Generasi Z cenderung lebih sadar akan pentingnya literasi keuangan dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini dipicu oleh akses luas terhadap informasi keuangan melalui platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Banyak konten kreator keuangan yang membagikan tips budgeting, investasi, hingga pengelolaan utang secara gratis dan mudah diakses. Generasi Z memanfaatkan konten-konten ini untuk memperdalam pemahaman mereka tentang manajemen keuangan, bahkan sebelum mereka memasuki dunia kerja secara penuh.

Salah satu fenomena menarik adalah kecenderungan Generasi Z untuk memanfaatkan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi. Aplikasi seperti Mint, YNAB (You Need A Budget), atau bahkan fitur di aplikasi perbankan digital memungkinkan mereka untuk melacak pengeluaran, mengatur anggaran, dan merencanakan investasi. Dengan antarmuka yang user-friendly dan fitur-fitur yang interaktif, aplikasi ini menjadi alat yang populer untuk mendukung kebiasaan finansial yang sehat.

Namun, meskipun Generasi Z memiliki akses terhadap berbagai sumber daya keuangan, mereka juga menghadapi tantangan yang unik. Salah satunya adalah tekanan sosial dari media digital, yang dapat memengaruhi keputusan konsumsi mereka. Fenomena ini sering disebut sebagai "fomo" atau fear of missing out. Ketika melihat gaya hidup mewah atau tren tertentu yang dipamerkan di media sosial, banyak individu dari Generasi Z yang merasa terdorong untuk mengikuti, bahkan jika itu berarti melebihi anggaran mereka. Hal ini membuat pentingnya literasi keuangan semakin jelas, karena kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan menjadi semakin krusial.

Selain itu, Generasi Z menunjukkan minat yang tinggi terhadap investasi sejak usia muda. Dengan munculnya platform investasi yang mudah digunakan seperti Robinhood, eToro, dan Bibit, mereka dapat mulai berinvestasi hanya dengan modal kecil. Tren ini menunjukkan pergeseran besar dari pola generasi sebelumnya, yang cenderung memulai investasi pada usia yang lebih matang. Instrumen investasi seperti saham, reksa dana, hingga cryptocurrency menjadi populer di kalangan Generasi Z. Mereka tidak hanya mencari keuntungan jangka panjang, tetapi juga ingin memahami bagaimana uang mereka dapat bekerja untuk mereka.

Cryptocurrency, khususnya, menjadi daya tarik besar bagi Generasi Z. Sebagai digital native, mereka merasa nyaman dengan konsep mata uang digital dan blockchain. Meskipun volatilitas pasar cryptocurrency cukup tinggi, banyak dari mereka yang melihatnya sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, ini juga membawa risiko, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang cara kerja pasar.

Di sisi lain, Generasi Z juga dikenal lebih peduli terhadap isu sosial dan lingkungan, yang tercermin dalam keputusan ekonomi mereka. Misalnya, mereka cenderung mendukung merek yang memiliki nilai-nilai keberlanjutan atau melakukan investasi dalam perusahaan dengan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Generasi Z, keputusan finansial tidak hanya tentang keuntungan materi, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan.

Pergeseran perilaku finansial ini juga berdampak pada sektor bisnis dan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan yang ingin menarik perhatian Generasi Z harus beradaptasi dengan nilai-nilai dan preferensi mereka. Misalnya, perusahaan perlu memanfaatkan media digital untuk membangun hubungan dengan konsumen, menawarkan produk atau layanan yang relevan, serta menunjukkan komitmen terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Di tengah peluang yang besar, ada tantangan struktural yang harus dihadapi Generasi Z. Salah satunya adalah meningkatnya biaya pendidikan dan sulitnya akses ke perumahan yang terjangkau. Banyak dari mereka yang memulai karier dengan beban utang pendidikan yang signifikan, yang dapat membatasi kemampuan mereka untuk menabung atau berinvestasi. Hal ini membuat pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang semakin mendesak.

Selain itu, kondisi ekonomi global yang tidak menentu, seperti inflasi tinggi atau resesi, juga memengaruhi daya beli dan stabilitas keuangan Generasi Z. Meski demikian, adaptabilitas dan inovasi yang menjadi ciri khas generasi ini memungkinkan mereka untuk menemukan solusi kreatif. Misalnya, banyak dari mereka yang memanfaatkan ekonomi gig atau pekerjaan lepas sebagai sumber pendapatan tambahan. Dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh platform seperti Upwork, Fiverr, atau Grab, mereka dapat menciptakan peluang ekonomi baru sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun