Mohon tunggu...
Nur Layly qubaylal fitri
Nur Layly qubaylal fitri Mohon Tunggu... -

Nur layly qubaylal fitri (1240001) Lamongan, 01 maret 1995 Psikologi'12 UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Rujak Paciran (Kuliner Pantura Nan Menggoyang Lidah)

16 Februari 2016   13:46 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini adalah awal saya menulis artikel tentang serba-serbi keistimewaan yang di punyai daerah tempat tinggal saya, yakni paciran. Paciran merupakan nama suatu kecamatan, termasuk bagian dari kabupaten Lamongan. Berada di sisi utara daerah lamongan, tepatnya berada di sepanjang pantai utara. Paciran merupakan daerah dengan potensi yang beraneka ragam mulai dari kuliner, wisata, berbagai macam industri dan lain-lain. Lebih istimewanya lagi paciran merupakan daerah yang di singgahi oleh wali songo, raden Qasim yang lebih dikenal dengan sebutan sunan drajad. Tak lupa satu lagi terdapat wisata bahari yang begitu menggoda, dimana lagi kita menjumpai dunia fantasi berpadu dengan birunya lautan dan alunan gelombang sang ombak kalau bukan di WBL (Wisata Bahari Lamongan).

Beralih ke urusan lidah dan perut, ke paciran yang notabenenya merupakan daerah pantai makan hidangan laut sudah pasti biasa. Tapi pernahkan dari kalian mencicipi asin, manisnya rujak ala paciran? Ya rujak. Rujak disini berbeda dengan rujak-rujak lain yang hanya ada rasa manis dan pedas. Racikan khas yang membuat berbeda adalah rasa asin yang berasal dari petis ikan. Penduduk lokal di daerah paciran banyak yang menjadi nelayan. Tangkapan ikan akan di rebus yang nantinya akan menjadi ikan pindang. Petis berasal dari sisa air rebusan ikan yang di rebus lagi dan di aduk sampai mengental. Berbeda dengan petis madura, petis paciran tidak selengket dan semolor petis madura yang kalau kita tarik itu petis, bisa-bisa ngalahin tali kolornya kolor ijo.

Hemmm udah kebayang nggak sih gurih, asinyanya gimana. Nah balik lagi ke rujak. Petis tadi di campur dengan bahan lain seprti asam jawa, cabe (bisa request nggak pedes sampe pedes banget), gula jawa atau gula aren, penyedap rasa,terasi. Lalu di ulek jadi satu. Oh ya kalo di sini buat rujaknya satu-satu alias langsung ngulek jadi fresh. Lalu bumbu rujak yang udah jadi di siram di irisan buah-buahan, biasnya yang masih tradisional  tempat rujaknya dibungkus daun pisang. Tapi sekarang lebih modern jadi rata-rata pada pake kertas minyak.

Tidak perlu susah-susah mencari keberadaan rujak yang satu ini, karena di sepanjang jalana paciran, terdapat beberapa bakul rujak pinggir jalan yang siap mengulek rujak requestan kalian. Jadi. Kalau ke paciran jangan Cuma main ke WBL, Sunan drajad, makan hidangan laut. Karena itu udah biasa. Sesekali kalau keseini bisa coba rujak petisnya orang paciran, di jamin bakal ketagihan.

Okay, inilah akhir dari rujak. Ketemu di artikel berikutnya saya akan menceritakan begitu kayanya daerah paciran dari mulai kuliner, kebiasaan, kerajinan, pokoknya everything about paciran. Salam Peace, united, respect. Terimakasih, wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun