Mohon tunggu...
Nurlatifah Mahfudz
Nurlatifah Mahfudz Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling UNJ.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontemplasi Dini Hari

10 Oktober 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Ketika kita melihat cahaya bintang berkelap-kelip, bintang yang sebenarnya telah menghilang..

Ketika cahaya tersebut telah menempuh satu juta tahun cahaya perjalanan dalam ruang,bintang tersebut memudar meninggalkan cahayanya..

Ini seperti cinta yang telah hilang, ketika kita menyadari betapa berharganya itu.. (Hearming Film- 2007)”

Menyadari bahwa sesuatu yang sempat atau pernah kita miliki begitu penting dan berharga tak jarang baru kita lakukan setelah sesuatu itu pergi meninggalkan kita. Selanjutnya hanya penyesalan dan perandai-andaian bisa memutar waktu untuk dapat memperbaiki segala. Saat kita tak sempat berbakti pada orangtua sementara mereka telah lebih dahulu dipanggil ke haribaanNya, atau kita tak sempat meminta maaf atas segala kesalahan dan luka yang kita toreh di hati para sahabat kita sementara perpisahan selalu tak bisa terelakkan..

Waktu memang tak pernah bisa ditawar, detiknya tak akan bisa ditunda meski kita memohon setengah mati. Dan cinta memang tak selamanya bisa terindra, terbaca, dan terlafalkan..

Setidaknya biarkan cinta itu bekerja memenuhi deru hidup kita, biarkan ia menjelma dalam tiap laku kita. Jika terlampau sulit cinta itu diucapkan, lakukan saja. Berikan hal-hal terbaik untuk orang-orang yang kita cintai, lakukan sepenuh hati, sebesar cinta.. karena kita tak pernah tahu apakah hari ini adalah pertemuan terakhir dengan orangtua kita, pertemuan terakhir dengan sahabat-sahabat kita. Tak ada yang tahu jika hari ini mungkin adalah hari terakhir kita diizinkan menghirup udara, kesempatan terkahir untuk memandang matahari, melepas tawa dan canda, tak pernah ada yang tahu...

Hidup seorang manusia adalah siklus yang tak bisa kita rubah, tatanannya telah digariskan dengan begitu cermat di lauhul Mahfud nya. Tiada, ada dan kembali tiada..

Jika kelahiran diibaratkan stasiun awal kehidupan, maka isi kehidupan adalah kereta yang akan singgah di stasiun-stasiun kehidupan yang harus kita lewati. Laksana suatu perjalanan panjang maka akan ada banyak hal menarik yang akan kita temui. Kita akan bertemu banyak orang hilir mudik datang dan pergi dalam kereta kehidupan kita. Ada yang berhenti duluan, ada yang setelah kita..

Ada orang-orang yang membuat kita menarik senyum simpul, ada juga yang membuat kita bergemuruh marah. Aneka ragam di kereta kehidupan. Lalu satu persatu mereka datang dan pergi, dan memang harusnya seperti itu. Hidup akan selalu berputar arahnya, akan ada orang yang datang dan pergi dalam hidup. Masing-masing menggoreskan warna tersendiri dalam kanvas hidup. Aneka warna dan rupa. Itulah fungsi mereka, memberi warna kehidupan. Berterima kasihlah pada mereka yang telah sudi masuk ke dalam kehidupan kita, terima kasih karena telah membantu membuat hidup kita tak hanya sekedar hitam dan putih...

Sekali lagi, biarkan cinta bekerja. Biarkan ia menjadi kekuatan yang membadai untuk menguatkan orang-orang yang kita cintai. Karena cinta itu menumbuhkan. Menumbuhkan kualitas orang yang kita cintai. Jikalau orang yang kita cinta pergi meninggalkan kita, berhusnudzonlah ia akan menemukan cinta yang lebih baik selain dari cinta yang kita berikan; Cinta dari Sang Maha Cinta..

Kembangkan cinta yang kita miliki sekarang, biarkan ia menjadi cinta-cinta lain yang akan mampu mengajarkan kebaikan cinta pada yang lain pula...

Memiliki yang tidak dimiliki. Innalillahi wainnailaihi roojiun.

Ya Rabb, ku tahu saat terlahir aku tak membawa apa-apa. Maka ingatkanku jika aku begitu egois dan tak bisa menerima saat Engkau mengambil apa-apa dariku yang kesemuanya memang mutlak milikMu Ya Rohmaan...

Latifah Mahfudz – 26072011-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun