“ Saya tidak pernah gagal. Saya hanya menemukan sepuluh ribu cara yang tidak tepat”
(Thomas A. Edison)
Mimpi. Satu kata yang berawal dengan khayalan dan angan-angan. Thomas A. Edison dulu hanyalah seorang anak yang dikeluarkan dari sekolahnya akibat doktrinan atas kebodohannya. Walaupun demikian, dari kebodohannya yang nyata itu, Ia mampu menyelamatkan dunia dari kegelapan dengan berjuta ide gilanya.
Hanya berawal dari sebuah mimpi kecil yang memiliki energi besar dan mampu merasuki tiap rongga jiwa manusia. Thomas kecil yang nyaris buta akan bangku sekolah, mampu memberikan kontribusi yang menyejarah diseluruh masyarakat dunia.
Lalu, bagaimana dengan kita?
Ikon bangsa yang akan menjadi ‘agent of change’ bagi pembangunan negara yang mencakup segala aspek. Pemuda Indonesia. Inilah kita. Jika Thomas memulai semua kontribusinya dengan sebuah mimpi kecil, bahkan mungkin hanya angan-angan belaka. Maka, kita sebagai salah satu pemeran utama di Indonesia, harus memulainya dengan mimpi yang besar. Perwujudan yang nyata bagi sebuah bangsa penyandang Bhineka Tunggal Ika.
Mimpi itu abstrak. Mimpi adalah energi yang hidup, angin yang terhempas, mata elang yang tajam. Setiap orang yang telah mencapai kesuksesannya adalah mereka yang ‘berpondasi’ pada mimpi besar mereka. Lahir dari mimpi kecil, khayalan dan imajinasi yang mereka bangun dalam diri mereka, hingga menjadikannya sebuah ‘alarm’ bagi hidupnya untuk mencapai setiap target yang mereka ukir jauh di dalam jiwa mereka. Menjadikannya sebagai dorongan dan kekuatan untuk melakukan kontribusi besar pada diri mereka.
“Aku ingin menjadi dokter!”, mungkin itu sekeping celotehan anak kecil yang ternyata tanpa sadar telah membangun mimpinya. Kemudian menuliskannya dengan huruf kapital atas ambisi dan hasrat besarnya. Untuk kita para penerus bangsa, Apakah mimpi itu hanya omong kosong? Apakah mimpi itu terealisasikan? Apakah mimpi itu telah menemukan ruhnya? Apakah mimpi itu telah memiliki arah busur yang jelas? Bagaimana cara kita untuk menggenggam mimpi itu?
و قد جعل الله لكل شئ قدرا و فى انفسكم ا فلا تبصرون
“Dan disetiap diri manusia itu ada kekuatan yang tak terbatas”
Telah dijelaskan bahwa disetiap jiwa manusia terdapat kekuatan dan energi yang tak terbatas. Mimpi hanyalah nutrisi yang menjadi acuan diri untuk berproses. Hanyalah ruh yang dapat mengalirkan listrik positif disetiap denyut nadi. Hanyalah partikel kecil yang menyempurnakan anatomi kehidupan. Tapi, dengan ‘hanyalah’ itu, manusia bermetamorfosa. Bertransformasi menjadi diri yang lebih baik.
Seribu cara yang dilakukan Thomas dapat kita adopsi untuk setiap kegagalan kita selama ini. Seribu kali Ia mencoba, seribu kali Ia terjatuh dan seribu kali atau bahkan lebih Ia bangkit kembali. Adalah kombinasi antara niat, tekad dan usaha yang kuat dalam setiap pencapaian mimpi. Banyak orang yang berkata bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Tidak dapat dipungkiri, bahwa usaha adalah akar utama setelah kita memiliki peta mimpi. Bagaimanapun kerangka mimpi itu, ketika ia tidak memiliki ruh untuk menghasilkan tekad dan usaha, maka mimpi itu akan sia-sia. Bercermin pada seorang Thomas A. Edison, karya yang hidup. Kita, pemuda Indonesia, dapat meningkatkan kualitas diri kita untuk bergerak dalam pembangunan negara. Kegagalan yang menghadang, merupakan bukti kerja keras kita, bukti akan datangnya kesuksesan bagi kita. Sambutan ramah dari setiap kegagalan dapat menjadi acuan untuk kita, para penerus bangsa, dalam mencapai tujuan.