Mohon tunggu...
Nurlaili Nunung
Nurlaili Nunung Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

share to everyone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mata Kepala Terbuka, Mata Hati Membuta

13 Juni 2020   19:52 Diperbarui: 22 Juni 2020   21:52 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Amerika baru saja digegerkam oleh peristiwa tewasnya pria kulit hitam, George Floyd, ditangan seorang polisi Amerika. Tewasnya pria tersebut memicu demo besar-besaran oleh warga Amerika. Tak hanya turun ke jalan, tetapi di media sosial pun tagar #blacklivematter menjadi trending topik. Kejadian ini dianggap sebagai diskriminasi kepada warga kulit hitam.

Tak hanya di Amerika, masyarakat  Indonesia juga terdiri dari beberapa macam warna kulit. Masyarakat Indonesia bagian barat cenderung memiliki warna kulit sawo matang. Sedangkan masyarakat indonesia bagian timur memiliki warna kulit yang cenderung lebih gelap.

Masih banyak masyarakat yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan warna kulit. Dalam hal kecil seperti ukuran kecantikan atau ketampanan saja, masyarakat Indonesia melihat berdasarkan warna kulit. Orang yang memiliki kulit yang lebih cerah, dianggap lebih cantik dan tampan.  

Hal seperti ini mengakibatkan warna kulit tidak menjadi masalah pribadi. Tetapi malah menjadi masalah sosial. Banyak orang mempermasalahkan warna kulit. Di media sosial, tak jarang orang yang mempunyai warna kulit yang lebih gelap mendapat cacian. Bahkan orang lain mencaci dengan kata-kata atau bahasa yang kasar.  Sering kali warna kulit menjadi  hal kecil yang mengakibatkan orang lain kehilangan hati nurani.

Seharusnya warna kulit sama sekali tidak menjadi masalah bagi kita yang hidup sebagai saudara. Sesuai semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya berbeda tetapi tetap satu. Baik kulit terang maupun kulit gelap, berasal dari suku apa, dan memeluk agama apa, kita harus ingat bahwa kita adalah saudara sebangsa. Seharusnya kita hidup rukun. Kita harus ingat bahwa nenek moyang kita dulu pernah bersama-sama berjuang melawan penjajah. Mereka akan menangis apabila melihat cucu-cucunya berselisih hanya karena perbedaan kecil seperti warna kulit saja. Belajarlah untuk menghargai  dan saling menerima perbedaan. Perbedaan bukan suatu hal yang membuat orang lain harus dihindari. Tetapi perbedaan membuat kita belajar hal baru yang tidak ada dalam diri kita. Jangan sampai mata kepala kita "melek" warna, tetapi mata hati kita buta sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun