Mohon tunggu...
Nur Laili Kholifatul M
Nur Laili Kholifatul M Mohon Tunggu... -

Lahir dan hidup di kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Perempuan yang bercita-cita menginjakkan kaki di Eropa (spanyol).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tentang Hari Akhir Merajuk pada Buku Quraish Shihab – Secercah Cahaya Illahi: hidup bersama al-Qur'an. 2001

1 Januari 2014   00:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Hari Akhir merajuk pada buku Quraish Shihab – Secercah Cahaya Illahi: hidup bersama al-Qur'an. 2001

Mungkin ketika ingin belajar bertutur kata yang halus, bijak, menenangkan, atau ingin belajar menulis dan kesastraan dengan bahasa yang baik, maka jawabnya dekat dengan al Qur'an. Sebuah kitab yang dinyatakan oleh Rasulullah saw sebagai "Tali Allah yang terulur dari langit ke bumi, yang didalamnya terdapat berita tentang umat masa lalu, dan kabar situasi masa datang. Siapa yang berpegang dengan petunjuknya dia tidak akan tersesat". Kitab suci yang memperkenalkan dirinya sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh umat manusia).

Jika berbicara tentang al Qur'an, maka kita tidak akan merasa diasingkan dengan nama Quraish Shihab. Tokoh ahli tafsir yang sudah menelurkan banyak buku-buku tafsir. Salah satunya ialah karya beliau yang berjudul 'Secercah Cahaya Illahi, Hidup Bersama al-Qur'an', dari sekian bab yang ada dan dijelaskan dalam buku tersebut, tiba-tiba saja saya langsung tertarik dengan bahasan beliau tentang hari akhir yang terletak di halaman 493 dan menurut saya pantas kiranya untuk dijadikan munasabah di akhir tahun ini.

Hari, minggu, bulan dan tahun silih berganti. Pernahkan anda bertanya, ke mana kita akan dibawa oleh pergantian-pergantian waktu tersebut? Sadarkah manusia akan adanya satu hari dalam kehidupan ini, yang tak ada hari sesudahnya?

Padahal al-Qur'an berbicara banyak tentang hal ini, kalimat 'al-yaum al akhir' saja berulang sebanyak 24 kali, di samping kata 'akhirat' yang terulang sebanyak 115 kali. Belum lagi kata padanannya.

Seketika siapapun yang benar-benar meresapi kalimat itu akan dibuatnya begidik seketika, tidak terkecuali saya. Kalimat tersebut seketika membuat saya menengok setiap inci kejadian dan perbuatan saya setahun, beberapa tahun kebelakang, dan kebelakangnya lagi. Membuat berbagai kesalahan dari yang sifatnya sederhana hingga besar, yang barangkali takkan pernah cukup bila disebutkan dituliskan satu persatu. Padahal keterangan tentang 'al yaumu al akhir' dan 'akhirat' berkali-kali disebutkan dalam al Qur'an, lantas apa yang sudah saya lakukan, bahkan di penghujung tahun ini? bahkan didasar hati saya sekalipun saya tidak sedikitpun mengingkari adanya hari tersebut, lantas apa yang sudah saya lakukan? Setahun dua tahun, saya masih seperti ini seperti ini saja. Segalanya berlalu tanpa kendali, tapi sedikit munasabah diri.

Perlukah bukti tentang adanya hari itu? Katakanlah (Muhammad), "(Hari Akhir) pasti akan datang" (QS Saba' (34):3). Bukankah mahluk yang termulia adalah mahluk yang berjiwa? Bukankah yang termulia di antara mereka adalah mahluk yang berjiwa? Bukankah yang termulia di antara mereka adalah yang memiliki kehendak dan kebebasan memilih? Selanjutnya, yang termulia dari kelompok ini adalah mereka yang mampu melihat jauh ke depan, serta mempertimbangkan dampak kehendak dan pilihan-pilihannya. Demikian logika kita berkata. Dari sini pula, jiwa manusia memulai pertanyaan-pertanyaan baru. Sudahkan semua orang melihat dan merasakan akibat perbuatan-perbuatannya yang didasari pada kehendak pilihannya itu? Sudahkah yang berbuat baik memetik buah perbuatannya, dan yang jahat menerima nista kejahatannya? Jelas tidak, atau belum. Bahkan, alangkah banyak sekali manusia baik yang dicambuk oleh kehidupan dengan cemetinya, dan banyak pula manusia jahat yang disuapi dunia dengan kenikmatan matanya.

Tidak ada satupun mahluk Tuhan yang tahu tentang perkara hari esok, bisa saja saat ini sebelum kita tertidur memejamkan mata, ia adalah kesempatan terakhir kita melihat dunia, esok saat kita bangun dipagi hari kita tidak lagi punya kesempatan yang sama, dan ternyata malam sebelumnya ialah hari-hari terakhir kita melihat dunia. Betapa menakutkan bukan? Disaat bekal akhirat kita belum juga tuntas. Kematian dan hari akhir harus dihadapkan pada kita.

Oleh karena dipergantian Tahun 2013-2014 ini dijadikan sebagai akhir sekaligus awal kita untuk senantiasa bermusabah diri. Menengok segala tingkah laku dan macam-macam prestasi yang sudah kita raih, semakin memantaskan diri belajar dan beribadah melebihi sebelumnya.

Apa yang berada di tangan Allah lebih meyakinkan dari apa yang terdapat dalam genggaman tangan sendiri.

Petikan dalam satu bab buku ini, dan diantara sekian banyak karya-karya tulisan yang telah dibuat beliau. Ciri khas dalam penyampaian beliau, yang tegas namun tidak terkesan menggurui. Saya pun perlahan di mulai menyukai cara-cara beliau mendekatkan saudara muslimnya dengan al-Qur'an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun