Logika berpikir adalah suatu cara atau metode untuk menarik kesimpulan secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip yang jelas dan konsisten (Rohmadi & Irmawati, 2020). Dalam proses berpikir logis, seseorang menggunakan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mengevaluasi argumen atau pernyataan,memeriksa kebenarannya, serta memastikan bahwa setiap langkah dalam penalaran tersebut saling mendukung dan tidak bertentangan satu sama lain. Logika berpikir sangat penting untuk membedakan antara argumen yang valid dan yang tidak, serta untuk menghindari kesalahan dalam mengambil kesimpulan. Dengan menggunakan logika berpikir, seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam, menemukan solusi yang rasional, dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana dalam berbagai situasi. Dalam pembagiannya, logika berpikir terbagia menjadi tiga, yaitu silogisme, logisme dan fallacy.
Silogisme adalah adalah alat penting dalam logika deduktif. Jenis logika ini dikembangkan oleh Aristoteles. Dimana silogisme merupakan struktur berpikir yang sistematis dan digunakan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil dari dua premis atau lebih valid secara logis. Dengan memahami silogisme, seseorang bisa menarik kesimpulan yang logis dan sah dari informasi yang tersedia. Contohnya adalah seperti, semua manusia pasti mati dan semua orang Indonesia adalah manusia (Veranita Indah & Mutahirah, 2023). Sehingga, dari dua premis itu muncul Kesimpulan yaitu, semua orang Indonesi pasti mati.
Selanjutnya yaitu logisme. Logisme adalah keseluruhan proses berpikir logis, baik dalam bentuk deduktif maupun induktif. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan logisme saat kita berusaha memahami pola atau hubungan antar fakta. Misalnya, dalam penalaran induktif, kita dapat mengamati bahwa "Setiap pagi selama sebulan terakhir, matahari selalu terbit di timur." Dari pengamatan ini, kita mungkin menarik kesimpulan umum bahwa "Matahari selalu terbit di timur." Ini adalah bentuk logika induktif yang sering kita gunakan dalam aktivitas sehari-hari, seperti membuat perkiraan cuaca atau memprediksi hasil berdasarkan pola yang telah diamati sebelumnya. Dalam logika deduktif, contoh lainnya adalah, "Semua manusia membutuhkan air untuk hidup. Saya adalah manusia, maka saya membutuhkan air untuk hidup." Penalaran deduktif ini membantu kita membuat keputusan logis berdasarkan aturan atau fakta yang diketahui secara umum (Sobur, 2015).
Terakhir yaitu Fallacy atau kesesatan logika. Fallacy adalah bagian dari logika informal yang berfokus pada kesalahan dalam berpikir atau argumen. Meskipun argumen mungkin terlihat logis di permukaan, adanya fallacy menandakan bahwa argumen tersebut cacat atau tidak valid (Marbun & Armilius, 2018). Mengenali fallacy penting untuk memastikan bahwa penalaran kita bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan. Dalam fallacy terbagi menjadi dua jenis kesesatan, yaitu secara bahasa dan relevansi. Sebagai contohnya adalah pada relevansi terdapat sub ad homimen dimana seseorang menyerang pribadi lawan bicaranya alih-alih mengkritik argumennya (Gitayuda, 2021). Contohnya adalah ketika seseorang mengatakan, "Kamu tidak bisa mempercayai pendapat Sarah tentang lingkungan karena dia bukan seorang ilmuwan." Argumen tersebut tidak menilai secata objektif, justru menyerang latar belakang dari Sarah.
Melalui pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa logika berpikir adalah metode penting yang digunakan untuk menarik kesimpulan secara sistematis dan konsisten berdasarkan prinsip-prinsip logika. Dengan logika berpikir, seseorang dapat mengevaluasi argumen dan memeriksa kebenarannya, sehingga memastikan bahwa kesimpulan yang diambil valid dan rasional. Dalam penerapannya, logika berpikir dibagi menjadi tiga elemen utama: silogisme, logisme, dan fallacy. Silogisme berfungsi sebagai alat dalam logika deduktif untuk menarik kesimpulan yang sah dari dua premis atau lebih. Logisme mencakup seluruh proses berpikir logis, baik deduktif maupun induktif, yang sering digunakan untuk memahami pola atau hubungan antar fakta dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, fallacy atau kesesatan logika adalah kesalahan dalam penalaran yang dapat menyesatkan argumen, meskipun tampak logis di permukaan. Mengenali fallacy sangat penting untuk memastikan penalaran tetap objektif dan terhindar dari kesalahan yang merusak validitas argumen. Ketiga elemen ini membantu kita untuk berpikir lebih kritis, menemukan solusi yang rasional, dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana dalam berbagai situasi.
Daftar Pustaka
Gitayuda, M. B. S. (2021). IMPLEMENTASI EDUKASI MENGHINDARI KESALAHAN BERPIKIR PADA MAHASISWA MANAJEMEN. Science Contribution to Society Journal, 1(1), 22--30. https://doi.org/10.35457/scs.v1i1.1745
Marbun, R., & Armilius, N. (2018). FALLACY (SESAT PIKIR) ARGUMENTUM AD VERECUNDIAM DALAM MOTIVERING VONNIS (PERTIMBANGAN HUKUM) / THE ARGUMENTUM AD VERECUNDIAM FALLACY IN MOTIVERING VONIS (LEGAL REASONING). Jurnal Hukum Dan Peradilan, 7(2), 327. https://doi.org/10.25216/jhp.7.2.2018.327-352
Rohmadi, Y., & Irmawati, W. (2020). Dasar-dasar Logika. LinkMed Pro Jogja.
Sobur, K. (2015). LOGIKA DAN PENALARAN DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN. TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 14(2), 387--414. https://doi.org/10.30631/tjd.v14i2.28
Veranita Indah, A., & Mutahirah. (2023). LOGIKA ARISTOTELES: Perkembangan Logika dan Sesat Berpikir. Sulesana, 17(2), 72--92.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H