Rabu 28 Mei 2014 sore, di Metro TV disiarkan potongan wawancara Najwa Shihab dengan Anis Baswedan dan Mahfud MD untuk acara Mata Najwa malamnya. Adanya dua tokoh itu membuat saya tertarik menonton. Kebetulan keduanya idola saya. Saya pikir Mata Najwa kali ini pasti akan seru.
Ternyata tidak hanya seru, tetapi seru banget. Mata Najwa menghadirkan dua pihak yang bersaing, kubu Jokowi dan kubu Prabowo. Pada sesi pertama, dari kubu Jokowi tampil Anis Baswedan dihadapkan dengan Mahfud MD dari kubu Prabowo. Mahfud MD yang biasanya tampil bijaksana dan cerdas, entah kenapa saat itu kedodoran menghadapi pertanyaan Najwa. Sebelumnya ia sempat terpancing ketika Najwa menanyakan soal dia yang galau 3 hari 3 malam untuk memutuskan menjadi ketua pemenangan pasangan Prabowo-Hatta. Sayangnya, jawaban Mahfud MD malah terkesan bukan karena panggilan hati nurani, melainkan karena dendam, sakit hati sama cak Imin. Dia digadang-gadang akan dicalonkan sebagai presiden oleh Cak Imin dari PKB, tetapi Cak Imin tidak memberikan tiket resmi dan malah konon menawarkan dirinya sendiri. "Dan ini sikap koreksi Mahfud MD? Dengan menunjukkan, saya akan mendukung lawannya siapa pun yang didukung cak Imin?" pertanyaan Najwa ini menyimpulkan sikap Mahfud yang terkesan tidak sepenuh hati. Lagi-lagi, jawaban Mahfud MD malah membuat Najwa makin mempertajam pertanyaan.
Bahkan Mahfud menceritakan ketika Fadli Zon menawarkan dia jadi ketua tim sukses Prabowo-Hatta, Zon pernah mengatakan, "Pak Mahfud, di hati kami itu wakil presiden paling tepat Pak Mahfud, tapi tiket tidak pernah diberikan, sehingga kami ngambil yang punya tiket." Sebagai wartawan, Najwa langsung menangkap kalau pernyataan itu bahaya buat Mahfud MD dan Tim Prabowo karena itu artinya Hatta Rajasa tidak begitu diinginkan. Waduh, Pak Mahfud jadi terkesan bunuh diri dengan ucapannya.
Sementara itu, Anis Baswedan sebagai juru bicara Tim Jokowi-JK tampil kharismatik menjawab setiap pertanyaan Najwa. Dia sangat pintar mengontrol ucapannya dan cerdas menggunakan diksi. "Paling tidak saya tidak memiliki tekanan moral apapun ketika memilih Jokowi." jawabnya sederhana dan tenang. Najwa yang cerdas mengorek keterangan, tidak menemukan celah untuk melemparkan pertanyaan tajam ke Anis. Sepanjang diskusi, Anis mengkampanyekan Jokowi dengan elegan dan saat menyindir pihak lain pun dengan elegan. Bahkan dia menekankan pernyataan retoris yang bagus, "Ketika mengambil sebuah pilihan tidak harus menjadi musuh. Berbeda itu tidak masalah. Lawan debat adalah teman berpikir, lawan badminton adalah  teman bermain." Skor 2-0 buat Anis-Mahfud. Tapi keduanya tetap teladan karena keduanya diskusi tanpa kata-kata kasar.
Ternyata Mata Najwa bukan hanya menampilkan mereka berdua. Sesi kedua, ada Maruarar Sirait (Ara) dari pihak Jokowi dihadapkan dengan Fadli Zon dari pihak Prabowo. Sayangnya Ara sering memotong pembicaraan dengan sangat mengganggu, padahal secara konten dia bagus. Entah kenapa menurut saya, gaya bicara Ara memang menyebalkan. Mungkin karena saya pernah wawancara dia saat demontrasi di jalanan di Monas, kesan pertama menjengkelkan, jadi kesan berikutnya menjengkelkan terus--Eh. Sedangkan Zon ketika tidak bisa menyebutkan prestasi Prabowo malah menjelekkan Jokowi. Tidak mengakui Solo ada kemajuan, padahal dia dulu yang mendukung Jokowi maju gubernur karena katanya Jokowi berprestasi jadi walikota Solo. Cara Zon memuji Prabowo terkesan seperti Ruhut memuji SBY, lebay. Skor untuk keduanya 0-0.
Sesi selanjutnya, Adian Napitupulu dari kubu Jokowi dipertemukan dengan Ahmad Yani dari kubu Prabowo. Adian adalah aktivis 1998 yang dulu turut menduduki DPR untuk menurunkan rezim Soeharto. Dia muncul dengan stereotip aktivis jalanan, bicaranya berani, agak sarkas, tapi berbobot. Sedangkan Ahmad Yani adalah anggota DPR, bicaranya khas anggota dewan, tapi kontennya tak ada yang benar-benar berkesan. Puncaknya adalah di akhir acara ketika Najwa ingin menutup dengan tone yang lebih positif. "Apa yang positif dari lawan Anda? Apa yang positif dari Jokowi menurut Yani dan yang positif dari Prabowo menurut Adian?" tanya Najwa. Yani merespon dengan kalimat muter-muter, tidak menjawab pertanyaan dan ujungnya malah mengkritik Jowoki, sedangkan Adian malah melawak. "Dia pengurus kuda yang baik." jawaban Adian santai membuat penonton tergelagak. "Selain itu, ada yang lebih positif?" tanya Najwa kurang puas. "Saya pikir dia akan memberikan banyak harapan pada banyak..." jawaban Adian sempat menggantung, semua hening menunggu-nunggu. "Pada banyak kaum perempuan karena dia membutuhkan ibu negara tentunya." pungkasnya, lagi-lagi disambut gelak tawa penonton. Tak disangka jabawannya sekonyol itu, tapi memang benar begitu. Pengurus kuda yang baik juga sesuatu yang positif dan memberikan harapan pada banyak perempuan juga positif. Hihi. Skor 2-0 untuk Adian-Yani.
Ini bukan kampanye, cuma ingin menceritakan ulang kalau kali ini Mata Najwa memberikan suguhan yang berkelas.
Depok, Mei 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H