Percaya diri bisa juga disebut keyakinan individu pada kemampuan dirinya sendiri. anak yang percaya diri pasti akan lebih optimis dalam menghadapi perkara dalam hidupnya, sebaliknya anak yang kurang percaya diri cenderung lebih kekurangan motivasi sehingga selalu pesimis dan tidak yakin. Percaya diri adalah modal penting bagi anak untuk mengembangkan diri. Dengan rasa percaya diri, anak lebih mudah menyesuaikan diri dilingkungan sekitarnya, terutama di sekolah. Anak yang percaya diri cenderung lebih siap menghadapi berbagai tantangan. Rasa percaya diri ini juga membantu anak untuk meraih prestasi dan bergaul dengan teman-teman dan guru-guru di sekolah. Selain itu, percaya diri juga berperan besar dalam membentuk karakter anak yang berani dan tangguh.
Kepercayaan diri pada anak, dalam hal ini pada usia Sekolah Dasar dapat ditingkatkan misalnya melalui proses pementasan drama di sekolah. Drama sendiri adalah suatu bentuk seni yang berisi karangan penggambaran kehidupan serta watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan. Pementasan drama dapat menjadi salah satu inovasi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak. Dalam drama ada bermain peran atau Role Playing adalah salah satu model pembelajaran untuk membantu siswa memahami dirinya dalam dunia sosial sekaligus memecahkan permasalahan dalam bentuk kelompok. Bermain peran membuat siswa belajar tentang berbagai peran, memahami perbedaan di antaranya, dan merefleksikan perilaku sendiri pada orang lain. Sehingga siswa dapat berkembang dalam cara berpikir dan berperilakunya. Role playing juga memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami emosi orang lain melalui simulasi situasi nyata. Anak-anak belajar menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain, yang dapat meningkatkan empati dan kemampuan mereka untuk bekerja sama dalam tim.
Selain itu, bermain peran dalam drama juga akan membuka ruang interaktif antar anak, sehingga anak-anak akan dapat saling bertanya, menjawab, berpendapat maupun menanggapi permasalahan. Hal ini akan membuat siswa aktif bukan hanya secara fisik tapi juga secara mental. Siswa juga akan belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan benar sehingga akan dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka ketika berinteraksi dengan teman sebaya maupun guru-gurunya. Komunikasi yang terjalin saat bermain peran juga membantu anak mengatasi rasa takut berbicara di depan umum. Dengan bimbingan guru, anak-anak dapat belajar menyampaikan ide mereka dengan percaya diri dan menerima masukan dari orang lain secara konstruktif. Â
Proses bermain peran akan menghadirkan gambaran nyata perilaku manusia yang dapat memunculkan sisi positif untuk anak seperti : mengeksplorasi emosi, saat memainkan peran, anak-anak dihadapkan pada berbagai situasi yang menuntut mereka untuk berpikir kritis, dan mengambil keputusan. menemukan inspirasi dan wawasan, hal ini akan membantu anak dalam memahami nilai-nilai, sikap, sudut pandang yang akan mempengaruhi bagaimana cara mereka "melihat" dunia sekitar mereka, melatih keterampilan memecah problematika, seperti yang sudah disebutkan, bermain peran akan membantu anak untuk dapamengembangkan sikap dan perilaku mereka untuk menghadapi perkara yang muncul dalam hidup mereka dan mempelajari materi dengan cara yang variatif, bermain peran dalam drama juga menjadi sarana belajar anak melalui berbagai pendekatan.
Bukan hanya hal itu, dalam mengatasi rasa tidak percaya diri anak yang sering disebabkan oleh pikiran negatif yang berlebih, drama dapat menjadi solusi. Drama akan membuat anak-anak lebih nyaman mencoba hal baru, beradaptasi dengan lingkungan, dan menemukan potensi diri.
Rasa tidak percaya diri pada anak muncul dapat disebabkan karena terlalu banyak berpikir negatif, dan memiliki ketakutan tanpa sebab. Rasa tidak percaya diri ini akan membuat anak menjadi enggan untuk mencoba hal-hal baru, tidak nyaman di lingkungan sekitar, mudah merasa frustasi dan tidak dapat menemukan potensi dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, seni drama dapat difungsikan sebagai inovasi untuk permasalahan tersebut.
Seni drama pada anak usia Sekolah Dasar berfungsi untuk: membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, peranan tersebut dapat dilihat dari drama membantu peningkatan kesadaran diri, membangun jiwa kreativitas pada anak, membantu anak berimajinasi dan membantu anak menemukan solusi dari problem hidup yang dialami serta membantu perkembangan estetik dalam diri anak, melalui drama anak-anak akan belajar untuk menjadi lebih apresiatif terhadap suatu karya, lebih ekspresif dan mengembangkan psikomotor yang dalam hal ini merujuk pada ranah afektif sehingga anak dapat menjadi lebih optimis dan percaya diri.
Tentu keberhasilan peningkatan rasa percaya diri anak juga tidak terlepas dari peran guru. Muarifah (2020) mengungkapkan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator, pengajar, pendidik, pembimbing dan evaluator. Sebagai fasilitator memungkinkan guru untuk menyediakan sarana pembelajaran yang sesuai, efektif, dan beragam untuk siswa sehingga siswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan mendorong siswa untuk dapat tampil lebih percaya diri. Sebagai motivator mengharuskan guru agar dapat memberikan motivasi serta apresiasi untuk anak-anak. Hal tersebut dilakukan secaraberkelanjutan sebagai upaya untuk membangun semangat anak. Sebagai pengajar, tentu guru harus dapat merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tentu harus disesuaikan agar anak dapat lebih percaya diri.
Sebagai pendidik, guru akan menjadi teladan, sehingga sikap positifnya harus dapat dijaga, dan sebagai pembimbing guru akan mengarahkan anak-anak agar dapat berkembang dengan baik dan penuh percaya diri karena pada umumnya anak-anak cenderung belajar melalui pengamatan dan penilaian terhadap sikap guru. Lalu, yang terakhir sebagai evaluator guru akan melakukan penilaian terhadap anak untuk memastikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal. Namun, harus kita ketahui juga bahwa faktor pendukung keberhasilan guru juga meliputi kerja sama dengan orang tua siswa, fasilitas yang memadai, dan kegiatan parenting. Selain itu, hambatan atau tantangan seperti karakter anak yang pemalu juga akan mempengaruhi.
Penerapan seni drama sebagai sarana pembelajaran tidak hanya menjadi solusi kreatif dalam membangun rasa percaya diri anak, tetapi juga menjadi cara efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Dalam proses ini, mereka belajar memahami berbagai peran, bekerja sama dengan teman-temannya, serta menyampaikan ide dan pendapatnya di depan orang lain. Aktivitas ini lah yang dapat melatih anak untuk dapat lebih terbuka, berani, dan mampu mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut akan penilaian negatif.
Jadi, seni drama dapat menjadi sarana efektif untuk membantu anak-anak utamanya pada usia Sekolah Dasar untuk mengembangkan rasa percaya diri mereka. Melalui drama, anak akan dapat lebih berekspresi, berkomunikasi, memecahkan masalah dengan kreatif, mengatasi rasa malu sekaligus memperkuat posisi diri di dunia sosial. Keberhasilan ini tentu tak lepas dari peranan guru serta keterlibatan orangtua. Guru sebagai fasilitator dan motivator menciptakan lingkungan yang mendukung, sementara orang tua memperkuat pembelajaran anak di rumah. Dengan sinergi antara sekolah dan keluarga, seni dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Selain itu, dengan memanfaatkan seni drama secara optimal, guru dan orang tua dapat membantu anak-anak tidak hanya berkembang secara individu tetapi juga menjadi generasi yang mampu menghadapi tantangan sosial dengan percaya diri dan kreativitas tinggi.