“Badai pasti berlalu” sebuah ungkapan yang saya pegang untuk menumbuhkan semangat, harapan, dan sebuah keoptimisan yang suatu saat akan datang menghampiri kami. Mengapa? Di tengah wabah yang menurut saya sangat menyeramkan, membuat jiwa kami sempat terguncang, bapak kami masuk rumah sakit karena penyakit lama jantung paru-paru akut kambuh lagi. Kali ini sangat parah, beliau gagal nafas.
Inilah kisahnya. Bapak dan ibuku termasuk kategori perokok berat. Sejak saya SD yang saya ingat, mereka sudah menjadi perokok. Saya yang waktu itu masih SD, ingin orang tuaku lepas dari rokok. Saya tulis di lemari dengan pensil gambar sebuah ajakan untuk berhenti merokok. Mereka tetap saja merokok. Berulang-ulang kami beri tahu tetap saja mereka merokok. Tidak ada lagi usaha kecuali berdoa untuk mereka.
Ini saya ungkapkan bukan membuka aib tetapi saya sampaikan terutama kepada orang-orang yang masih merokok mau usia lanjut atau anak muda. Berhentilah merokok karena banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Penyakitnya itu tidak timbul langsung tetapi jarak yang lama.
Saat ini ibuku sudah almarhum, bukan meninggal karena rokok tetapi penyakit tua. Kini tinggal bapak satu-satunya orang tua yang kami punya. Beliau harus bolak-balik masuk rumah sakit karena sesek yang sering datang akibat penyakit jantung dan paru-paru akut. Mengapa sesek sering datang karena bapakku masih saja merokok. Kami sering memberi tahu, jawaban beliau, “Paling umur bapak tinggal beberapa tahun lagi.”
Yang paling kami khawatirkan anak bapak laki-laki semuanya perokok juga. Kami (anak-anak bapak) sudah tidak bisa melarang karena mereka sudah kecanduan sepertinya.
Awal datang rasa mencekam jiwa. Sabtu 14 Maret 2020 kami sekeluarga pergi menengok bapak karena beliau baru masuk IGD sesek lagi. Dan Alhamdulillah saat itu tidak rawat inap, di IGD diuap kemudian pulang lagi. Karena datang malam ke Bandung, kami tidak langsung datang ke rumah bapak, kami menuju rumah anakku di Margacinta.
Besoknya Minggu 15 Maret 2020, pagi-pagi sekali kami menuju rumah bapak dengan suami dan anak-anakku. Karena bapak ingin pergi ke rumah anakku, saya ajak beliau dengan anak-anak adik saya. Kami berangkat. Yang berkumpul saat itu tidak banyak hanya kami bertiga, anakku yang di Bandung yang bekerja di Puskesmas karena dia bidan, bapak saya, dan ketiga anak adik beserta ibunya.
Sore harinya karena saya akan pulang lagi, bapak saya antarkan pulang. Pukul 17.00 kami pulang biar nanti salat Magrib di tempat istirahat. Kami pun pulang.
Waktu itu bapak sempat bertanya kapan kita kumpul. Nanti Pak, menjelang Bulan Ramadan. Kami akan kumpul menjelang Ramadan di rumah adikku.
Akhirnya kami pun pulang karena sudah ada berita virus covid 19 sudah masuk Indonesia. Dan besok sekolah diliburkan selama dua minggu waktu itu mulai 16 Maret 2020 – 30 maret 2020. Takut ada apa-apa kami pun pulang. Berkomunikasi dengan keluarga di Bandung melalui WA, termasuk memantau kesehatan.
Sepuluh hari kemudian tanggal 24 Maret 2020, bapak ingin ke rumah adik-adikku yang di tempat lain tapi masih di Bandung juga. Ya diantar ke rumah adik-adikku. Saya bertanya bagaimana bapak masih merokok, kata adikku masih merokok tidak mau berhenti juga. Besoknya 25 Maret 2020 bapak ingin melihat video an foto cucu-cucunya.