Mohon tunggu...
nurlaela khumaeroh
nurlaela khumaeroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa D-III Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya kesetaraan gender dalam pembangunan nasional Indonesia: Mewujudkan keadilan dan kemajuan bangsa

11 Januari 2025   10:15 Diperbarui: 11 Januari 2025   10:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagamn luar biasa. Namun, di tengah semangat Bhinneka Tunggal Ika, diskriminasi gender masih menjadi masalah yang mengakar. Misalnya, perempuan sering dianggap lebih cocok dalam pekerjaan domestik, sementara laki-laki diharapkan menjadi "tulang punggung' keluarga. Paradigma seperti ini tidak hanya membatasi potensi individu, tetapi juga menghambat kemajuan bangsa. Dan tentunya jika kita membahas mengenai kesetaraan gender ada beberapa istilah yang bisa dibilang tidak asing di telinga kita, yakni patriarki dan feminis. Istilah yang berseliweran setiap topik ini dibahas. Dan memangnya apa arti sebenarnya dari dua istilah itu?

Kita mulai dari patriarki. Menurut KBBI, patriarki adalah perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Dalam arti lain, patriarki adalah sebuah sistem sosial di mana laki-laki menempati posisi yang jauh lebih dominan dibandingkan perempuan, dengan memegang kekuasaan atau otoritas lebih besar. Laki-laki dianggap lebih superior dalam aspek kepemimpinan, kekuasaan, maupun pengambilan keputusan. Hal ini mengakibatkan perempuan mengalami subordinasi atau pembatasan peran yang berujung pada diskriminasi dalam segala aspek, seperti pendidikan, pekerjaan, hingga kehidupan pribadi.

Namun, selain merugikan perempuan, sejatinya patriarki juga merugikan laki-laki. Ekspektasi sosial yang berat, seperti menjadi pencari nafkah utama, tidak boleh menunjukkan emosi, dan selalu tampak kuat, membebani laki-laki Indonesia. Tekanan ini berdampak buruk pada kesehatan mental, yang menjadi tantangan besar dalam membangun bangsa yang sehat dan produktif.

Sementara itu, feminisme adalah gerakan dan ideologi yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan, seperti hak politik, sosial, ekonomi, hingga budaya. Feminisme tidak dimaksudkan untuk menempatkan perempuan di atas laki-laki, melainkan untuk menghapus diskriminasi dan hambatan yang mencegah perempuan dan laki-laki memiliki hak serta peluang yang setara. Dalam konteks masyarakat Indonesia, feminisme telah menjadi landasan bagi perjuangan hak-hak perempuan, seperti akses yang setara terhadap pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan, hingga partisipasi aktif dalam politik dan pengambilan keputusan.

Namun, dalam diskusi tentang feminisme, sering kali muncul salah kaprah. Misandri, atau kebencian terhadap laki-laki, sering disalahartikan sebagai bagian dari feminisme, padahal keduanya bertentangan. Feminisme bertujuan untuk harmoni, sedangkan misandri menciptakan diskriminasi baru. Selain itu, istilah feminazi kerap digunakan untuk menggambarkan feminis ekstrem, meskipun sering kali tidak mencerminkan perjuangan feminisme itu sendiri. Pemahaman yang keliru ini dapat mengaburkan pentingnya kesetaraan gender dalam membangun bangsa.

Ketidaksetaraan gender bertolak belakang dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) dan sila kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia). Patriarki sebagai sistem diskriminasi gender menghambat terwujudnya keadilan sosial, sedangkan feminisme yang mendorong kesetaraan selaras dengan semangat Pancasila untuk menciptakan bangsa yang adil dan makmur.

Sejak zaman perjuangan kemerdekaan, perempuan Indonesia telah menunjukkan kontribusi besar dalam berbagai bidang. Tokoh-tokoh seperti RA Kartini, Cut Nyak Dhien, dan Maria Walanda Maramis menjadi pelopor perjuangan perempuan. Perjuangan mereka tidak hanya bertujuan membebaskan perempuan dari diskriminasi, tetapi juga memajukan bangsa. Hari ini, perjuangan tersebut dilanjutkan melalui kebijakan pemerintah, seperti pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi dan pendidikan, serta upaya memastikan kesetaraan hak di tempat kerja. Namun, implementasi kebijakan ini masih membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia sekitar 55,41% sedangkan laki-laki berada di angka 84,02%. Meskipun angka ini sudah naik dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun masih ini menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap kesempatan masih terbatas. Padahal, studi menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi secara signifikan. Dalam konteks pembangunan nasional, menghapus ketidaksetaraan gender bukan hanya isu moral, tetapi juga strategi untuk memperkuat daya saing bangsa.

Generasi muda memiliki peran penting dalam mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia. Sebagai agen perubahan, mereka dapat mematahkan rantai patriarki yang masih mengakar dalam masyarakat melalui pendidikan, teknologi, dan gerakan sosial. Di era digital ini, generasi muda memiliki akses luas untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender, baik melalui media sosial, komunitas, maupun aksi nyata di lapangan. Dengan menjadi bagian aktif dari gerakan ini, generasi muda dapat memastikan bahwa cita-cita bangsa untuk mencapai Indonesia Emas 2045 tidak hanya menjadi impian, tetapi juga kenyataan yang inklusif dan adil bagi seluruh rakyat.

Sebagai generasi penerus, kaum muda juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong dialog inklusif tentang kesetaraan gender di berbagai sektor, baik di kampus, tempat kerja, maupun komunitas mereka. Dengan memanfaatkan kreativitas, inovasi, dan energi mereka, generasi muda dapat menjadi katalisator perubahan menuju Indonesia yang lebih adil dan berkeadilan sosial.

Menyongsong Indonesia Emas 2045, di mana bangsa ini menargetkan menjadi negara maju, kesetaraan gender menjadi salah satu kunci utama. Dengan memberikan akses yang setara bagi laki-laki dan perempuan, Indonesia dapat memanfaatkan potensi seluruh sumber daya manusianya untuk pembangunan. Oleh karena itu, memahami dan mendukung kesetaraan gender harus menjadi bagian dari upaya kolektif bangsa untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat sesuai cita-cita Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun