Belajar Butuh Kesabaran dan Kesadaran
Pendidikan adalah sarana membangun masyarakat yang vital. Sebuah peradaban yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utamanya akan menjadi peradaban yang utama. Peradaban akan maju jika pembangunan masyarakatnya maju. Sebaliknya, sebuah peradaban akan mengalami kemunduran jika pembangunan masyarakatnya terbengkalai. Maju mundurnya sebuah peradaban bisa diukur dari maju mundurnya kualitas pendidikan.
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan masyarakat yang melek pendidikan dengan membuat kebijakan wajib belajar 12 tahun.
Sejak terpilih sebagai presiden, Jokowi telah berupaya untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Salah satu programnya adalah dengan membuat Kartu Indonesia Pintar (KIP). Program Kartu Indonesia Pintar tersebut diberikan kepada para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga dengan adanya program KIP ini diharapkan mampu menghilangkan hambatan ekonomi para siswa untuk dapat bersekolah. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi para orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya karena masalah ekonomi.
Berbagai upaya pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakatnya tersebut tidak akan bisa berjalan maksimal jika masyarakat sendiri tidak memanfaatkannya dengan baik. Siswa yang tidak bersungguh-sungguh belajar setelah dapat bersekolah merupakan salah satu bentuk perbuatan tidak pandai memanfaatkan pendidikan. Padahal menjadi seorang siswa yang bisa menikmati bangku sekolah adalah suatu hal yang tidak boleh dianggap biasa.Â
Hal itu karena tidak setiap orang bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Selain terkendala masalah ekonomi yang tidak mencukupi, terkadang hal yang demikian juga disebabkan karena jiwa yang kering dari motivasi. Sehingga akan menghasilkan pribadi yang takut melangkah dan mudah menyerah. Rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan jiwa menjadi malas untuk melakukan perubahan. Padahal keadaan lingkungan yang selalu dinamis menuntut pribadi yang mampu meresponnya dengan baik pula.
Agar tidak kehilangan relevansinya, seorang siswa yang telah menceburkan dirinya dalam dunia keilmuan harusnya menyadari akan berharganya momen ini. Karena saat menjadi siswa adalah momen yang tepat untuk mengasah diri agar bisa menjadi problem solver di tengah-tengah lingkungannya nanti.
Optimis
Jalan menuntut ilmu tidaklah seperti apa yang ada di khayalan, yakni jalan yang penuh dengan kemudahan dan tanpa hambatan sedikitpun. Namun itulah kenyataan yang harus disikapi dengan bijak. Kesabaran sangatlah dibutuhkan ketika menuntut ilmu. Sehingga sikap mudah menyerah dan putus asa harus dibuang jauh-jauh. Para siswa harus berfikiran maju dan selalu optimis. Kegagalan yang pernah dialaminya tidak boleh membuatnya berhenti mengayunkan langkah. Kegagalan harus dijadikan sarana pembelajaran agar tidak terjatuh lagi di tempat yang sama.
Para siswa adalah generasi penerus bangsa yang di pundaknya masa depan bangsa ini berada. Â Siswa harus sadar akan apa yang semestinya dilakukannya. Belajar dengan sungguh-sungguh, membaca tulisan maupun membaca keadaan lingkungan harus selalu diasah agar menjadi generasi yang cerdas dan bisa menghadapi tantangan yang ada.
Tantangan yang dihadapi siswa semakin hari akan semakin bertambah kompleks. Oleh sebab itu diperlukan tekad baja agar tidak mudah menyerah dalam belajar. Semakin canggih dunia tekhnologi memang memudahkan siswa untuk mencari rujukkan ilmu pengetahuan. Namun jika hal ini tidak disikapi dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai problem yang lain. Misalnya akan tumbuh sikap malas berfikir dan lain sebagainya. Untuk itu, siswa harus sadar akan berbagai resiko ini dan belajar menyikapinya dengan bijak.