Rambut yang tumbuh di dagu pria ini telah memicu koflik antar negara, antar partai politik, antar mazhab dan yang paling lucu adalah penganut paling demokratispun menjadi lupa pakem demokrasi bahwa itu adalah hak individual, penganut Ham pun lupa bahwa itu hak asasi yang harus dihormati.
Jenggot sendiri menurut kaum hawa mempunyai beberapa intepretasi. Ada yang menyebutnya sebagai bentuk aktualisasi kejantanan pria dan kaum hawa yang tak suka jenggot lebih mengambil sisi kebersihan dari jenggot itu dari pada aktualisasi alias ambigu. Di Jepang, menurut salah satu riset, kaum hawa tidak menyukai pria berjenggot dengan dalih risih dan kotor namun di Amerika terutama Amerika latin pria berjenggot lebih “diminati” oleh kaum hawa dari pada yang tidak berjenggot. Israel di mana agama Yahudi diaplikasikan dalam negara banyak menekankan pentingnya memelihara jenggot bahkan memotongnya adalah tindakan haram.
Dalam salah satu eksperimen oleh Think Tank Pentagon meresum sebuah kesimpulan bahwa tentara berjanggut berperang lebih efisien dan lebih kecil resiko dari pada yang tidak berjanggut . Riset ini bukan dari penelitian menggunakan simulasi alias abal abal. Pentagon mengirim ke medan perang Afghanistan seratus tentara dengan komposisi 25 pasukan khusus berjenggot, 25 pasukan reguler berjenggot, 25 pasukan khusus tanpa jenggot dan terakhir 25 pasukan reguler tanpa jenggot. Para peneliti di susupkan ke setiap grup tadi yang telah diberi kode secara rahasia dan hasilnya sungguh mengejutkan :
50 pasukan khusus plus reguler berjenggot membukukan pertempuran dengan tingkat akurasi tinggi, minim penggunaan amunisi, minim resiko jiwa tak satupun mengalami luka ataupun terbunuh. Sebaliknya 50 pasukan khusus dan reguler tak berjenggot mengalami nasib naas sepanjang operasi dan ketidak efisien menggunakan amunisi karna persenjataan secara tiba tiba mengalami kemacetan dan berakibat kegagalan dalam menghadapi pasukan Taliban yang bersenjatakan lebih ringan.
Sehingga Komandan jendral James Mattis mengumumkan tentang keajaiban jenggot ini kepada pasukan di garis perang :
“Tibalah waktunya bagi angkatan bersenjata (US) untuk menerima kenyataan, dan fakta itu adalah bahwa jenggot mampu menyelamatkan banyak nyawa. Selama ini spekulasi berkembang bahwa Green Beret menjadi tentara yang lebih baik di lapangan karna superioritas mereka dan latihan intensif tapi kenyataanya (bukan itu) karna semua itu adalah karna mereka memelihara jenggot.”
Subhanallah, seorang Jendral Non Muslim sepertinya yang sebelumnya hanya melihat orang Taliban berjenggot itu berperang dengan menenteng senjata AK lusuh dan lungsuran RPG tekhnologi jadul mampu mempencundangi tentara adi daya dengan tekhologi super canggihnya di beberapa ladang pertempuran. Tapi , Amerika sudah mengetahui rahasia tentara berjenggot ini sejak dari Mujahiddin mampu memukul tentara Beruang merah dengan telak yang menjadi proxy dari kemenangan Amerika dalam perang dingin.
Nurkholis Ghufron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H